Sabtu, Mei 23, 2009

konversi, sukses kah?!

Katanya, program pengalihan atau konversi minyak tanah ke gas elpiji untuk menghemat subsidi "penguasa". Tujuannya agar subsidi minyak tanah bisa dialihkan untuk subsidi yang lain. Masyarakat terlihat pro dan kontra dengan program itu. bagi yang kontra beralasan khawatir gasnya "meledak"!!...


Balikpapan terpilih sebagai kota perdana diluncurkannya program konversi minyak tanah ke gas elpiji di Kalimantan. Persiapannya diawali pencacahan atau pendataan oleh konsultan yang dipilih Upms VI Pertamina yakni PT Info Cahaya Hero pada Januari 2009. Adapun penerima paket konversi di Balikpapan mencapai 71 ribu rumah tangga sasaran. Penerimanya pengguna minyak tanah, baik kalangan keluarga miskin, pelaku UKM dan masyarakat umum dengan penghasilan di bawah Rp 1,5 juta.
GM Upms VI Pertamina Giri Santoso mengatakan, untuk minyak tanah pemerintah harus merogoh kocek sebesar Rp 3500 per liter. Sementara untuk subsidi gas elpiji pemerintah hanya merogoh kocek Rp 1700 per kilo gram.
"Selain mengirit subsidi, LPG juga irit pake. Dua liter minyak tanah itu setara pemakaiannya dengan satu kilo gram LPG," imbuh Giri.
Giri juga mengatakan, potensi penghematan di Balikpapan terkait program tersebut mencapai 50 miliar per tahun.
masyarakat Balikpapan, khususnya kalangan pedagang dengan penghasilan pas-pasan mengaku sedikit berberat hati terhadap program tersebut. Begitu tau ada konversi ia melakukan penimbunan. Karena,setelah pembagian paket LPG selesai, pertamina hanya akan menyediakan minyak tanah yang non sunsidi. Yang per liternya mencapai Rp 8000 lebih.
"Aduh, saya itu masih takut pake kompor gas, Nanti meledak. Ya itu aq kemarin banyak mbak beli minyak tanah. itu sudah ada itu di rumah 80 liter saya simpan. aq pake itu dulu mbak..," kilah Fatimah, salah satu pedagang gado-gado di kawasan lapangan merdeka.
kekhawatiran seperti itu didapati Pertamina. Mariadi, Kepala Operasi Gas Domestik Regional V Makasar menegaskan, tidak ada istilah tabung gas LPG meledak.
"kalau pun ada tabung yang bocor, akan menimbulkan bau seperti buah durian. Nah, kalau gas keluar dari tabung, bisa mengakibatkan ruangan terakumulasi. ini lah yang menyebabkan timbulnya suara keras," imbuh Mariadi.
memang ada baik dan buruknya kalau menggunakan LPG. Satu sisi kalau pemasangan tabulator tidak tepat, bisa menyebabkan kebocoran gas. dan bukan tidak mungkin bis amengakibatkan kebakaran. tapi disisi lain, memasak dengan kompor gas lebih hemat waktu dan merata hasil masakannya.
"Kalau saya dukung aja mbak. ga perlu takut, kan kita selain dapat kompor,LPG 3 Kg dan tabulator, kita kan dapat petunjuk pemakaian. klo ga ngerti nanti kan bisa minta tolong ke kelurahan," ujar salah satu penerima paket konversi Siti Aminah.
"Lagianmasak pake elpiji itu cepat, bisa hemat uang dan itu mbak peralatan dapur juga ga kotor (berjelaga, red)," tambahnya.
beranjak dari warga penerima paket konversi, sejumlah pengusaha kompor minyak tanah justru merasa diuntungkan. Kasinem, pemilik usaha kompor IDMAS mengatakan, seiring didengungkannya program konversi/ pembelian kompor minyak tanah per hari mencapai lima unit. Padahal sebelumnya, usaha yang berada di bilangan karang jati Balikpapan Tengah itu hanya mampu menjual dua unit per hari.
"Justru untung saya. Malah pernah kompor saya laku 20 biji. Masyarakat sini masih takut pake kompor gituan mbak..," tutur wanita paruh baya itu.
kendati meningkat, Kasinem melakukan ancang-ancang. mengingat si "penguasa" nantinya hanya menyediakan minyak tanah non subsidi. wanita yang menggeluti usaha kompor sejak 1968 itu berencana menjual kompor yang menggunakan batu bara atau arang,"
"Pokoknya kita ga kehabisan akal. apa mau pemerintah itu ya kita ikuti saja lah. saya ga takut rugi kok," pungkasnya mantap.

mendapati hal ini, pemerintah, khususnya pemda Balikpapan dan pertamina patut merasa was-was. apalagi di jawa sana ada yang kedapatan justru menjual paket konversi tersebut dan tetap memilih menggunakan minyak tanah.
sales area manager BBM pertamina Retail Kaltim Agus Taufik Harahap dalam suatu kesempatan, mengingatkan masyarakat penerima paket konversi, untuk tidak menjualnya. karena itu hanya merugikan diri sendiri.
"Satu misal, dalam satu hari rumah tangga bapak dan ibu menghabiskan satu liter minyak tanah. harga per liter minyak tanah itu kisaran Rp 3000. berarti dalam 8 hari, bapak dan ibu harus merogoh uang Rp 24 ribu. Tapi kalau Bapak dan Ibu menggunakan LPG, selama 8 hari cukup membayar Rp 12.500 saja," pesan Agus dalam sosialisasi program konversi di aula Balaikota Balikpapan.
terlepas dari itu, sejumlah pangkalan pun mengatakan tidak menyanggupi untuk menjual LPG 3 Kg. dengan alasan tidak mampu melakukan penebusan.
"Ya untuk itu Pertamina membuka kesempatan kepada masyarakat Balikpapan yang mau membuka pangkalan LPG. terutama untuk daerah pinggiran," imbuh humas Upms Vi Pertamina Bambang Iriyanto.

cukup rumit memang. ditengah keterbatasan kemampuan dan pemikiran sejumlah masyarakat, itu bertentangan dengan pemikiran "penguasa". sejumlah pangkalan pun mengatakan tidak menyanggupi untuk menjual LPG 3 Kg. dengan alasan tidak mampu melakukan penebusan. namun yakinilah pemerintah sang "penguasa" punya rencana jitu di balik itu. bisa saja, subsidi minyak tanah itu dialihkan untuk program pemerataan pendidikan dan mensejahterakan masyarakat. betul kah??!! (*)