Senin, September 22, 2008
Doa Dibacakan, Girls Berlinang Air Mata
BERTEMPAT di ruang serba guna Gedung Bank Indonesia (BI) Cabang Balikpapan, pada Sabtu (13/9) dihelat kegiatan Pesantren Kilat (Sanlat). Santrinya adalah putra putri perbankan mulai SD hingga SMA yang mana kegiatannya berakhir hari ini. Acaranya dikemas sederhana, semua yang hadir dalam ruangan duduk lesehan sehingga menambah keakraban.
Ustazah Wilda menceritakan satu kisah. Judulnya a glass of water (Segelas Air). Menggunakan Inggris ia mulai bercerita tentang seorang anak bernama Syarifuddin Yahya. Saat masih kecil, Syarifuddin sudah sangat menyayangi kedua orangtuanya. Terlebih lagi kepada Ibu. Berikut kisahnya.
Suatu malam, sang Ibu sangat haus. Ibu pun memanggil Syarifuddin. “Nak, ambilkan minum,“ pinta Ibu. Masih dalam keadaan sedikit mengantuk, Syarifuddin pun pergi ke dapur, mengambilkan segelas air untuk Ibu. Namun apa yang didapatinya? Ternyata si Ibu ketiduran. Apa yang dilakukan si anak? Ternyata Syarifuddin tetap setia menunggu sampai Ibu kembali terbangun. Cukup lama ia duduk dihadapan sang Ibu dengan menggenggam segelas air putih. Saat terbangun sang Ibu kaget seraya berkata, “Subhanallah, apa yang kamu lakukan nak?”, tanya si ibu. Syarifuddin pun menjawab lembut, “Ibu tadi kan minta air minum.” Sang Ibu pun tersenyum dan menatap Syarifuddin dengan penuh kasih sayang.
“Nah, bagaimana dengan anak-anak Ibu Wilda ya? Sudah kah belum? Kalau disuruh langsung ah ih huhh, terus mengeluh Ibu ini nyuruh terus?,” tanya Wilda dihadapan santri yang sepertinya masih terhanyut dengan kisah Segelas Air itu.
Kegiatan Sanlat 1429 H putra putri perbankan tersebut bertema Peningkatan Pemahaman Ajaran Islam bagi anak-anak. Sebanyak 203 santri terdiri dari 120 santri laki-laki dan 83 santri perempuan. Saat tampil, ia juga sering melontarkan kalimat dalam bahasa Inggris. Sekalian melatih anak-anak mengucapkan bahasa internasional dunia itu. Kepada santri putra ia memanggil boys, sementara santri putri ia memanggil girls.
Sebelum bercerita, Wilda yang hadir untuk mengetahui psikologi peserta memberi sejumlah psikotest. Seperti mengajak peserta untuk membentuk ulat. Sebanyak lima boys tampil kedepan tanpa ditunjuk. Dalam hitungan satu sampai sepuluh boys itu diminta memikirkan bagaimana membentuk seekor ulat. Dan ternyata mereka berhasil. Boy paling depan seolah sujud, disusul teman lainnya ‘ngekor’ dibelakang sembari kedua tangan mereka memegang pinggul teman didepan. Selanjutnya mereka merangkak kedepan dengan pelan layaknya seekor ulat. Aksi lima boys ini mendapat tepuk tangan meriah dari semua yang hadir.
Kembali Wilda memberi psikotest untuk girls. Namanya cewek kesannya malu-malu. Akhirnya Wilda menunjuk enam diantara 83 peserta. Kepada girls, Wilda meminta mereka membentuk kepompong. Setelah dihitung peserta satu sampai sepuluh, ternyata girls malah membentuk ulat. Karena salah, Wilda kembali meminta enam boys tampil kedepan. Ternyata boys itu berhasil. Dua orang jongkok, sementara empat lainnya membentuk lingkaran mengelilingi yang jongkok lagi. Kembali santri boys mendapat aplaus dari peserta dan Wilda.
“Memang pada dasarnya anak laki-laki itu ide-ide untuk berkreativitas itu lebih besar dibanding perempuan. Tapi kalian tadi sudah bagus,” ujar wanita berjilbab besar itu, seraya mempersilakan boys dan girls kembali ketempat.
Setelah puas bermain, Wilda mengajak peserta doa bersama. Peserta dituntun untuk duduk yang tegak, tangan diatas paha, kepala tertunduk dengan mata yang terpejam. Peserta diajak untuk merenungkan segala hal yang mereka alami dan yang mereka lakukan. Doa-doa yang dipanjatkan Wilda benar-benar menyentuh perasaan. Doa yang cukup panjang dengan isi pengakuan dosa, permohonan maaf kepada Allah SWT dan harapan untuk berubah lebih baik membuat sejumlah girls tidak kuasa menahan tangis. Kemudian menutup mata mereka dengan kedua tangan dan ada pula yang menggunakan kain kerudung.
Usai renungan dan doa, sebelum kelas Wilda ditutup, kembali dipanggil dua peserta yang terdiri dari satu boy dan satu girl untuk dimintai komentar. Adalah Ade, saat tampil kedepan, ia tidak mampu berkata karena sesak menahan luapan tangis. Dengan terbata-bata ia mengaku jarang membaca Alquran dan berjanji akan mengubah sikap dan menjadi anak yang berbakti kepada kedua orangtua.
“Insya Allah saya mau berubah. Ga mau pemarah lagi sama orangtua,” janji Ade seraya memeluk Wilda.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar