Senin, September 22, 2008

Ibu-ibu Senang Ustad Arifin Saat Dzikir


MASJID Istiqomah, yang biasa tampak lenggang, Selasa (16/9) mendekati Asar, masjid itu berubah menjadi padat dan ramai. Kaum muslimin dan muslimat di Balikpapan dengan balutan busana muslim anggun terlihat berdatangan satu-persatu. Terlihat pula di teras depan masjid, terjejer meja panjang secara vertikal berhadapan. Terlihat beberapa wanita dan pria, yang mengenakan busana seragam berdiri dibalik meja itu. Diatas meja panjang berlapis taplak batik itu, tersusun rapi takjil yang akan dibagikan kepada mereka yang menyambangi Masjid Istiqomah. Takjil sebelah kiri untuk akhwat, takjil sebelah kanan untuk ikhwan.
Masjid Istiqomah sendiri, sejak Ramadan memang rutin mengadakan tausiah, dengan menghadirkan penceramah asal Balikpapan. Namun kemarin, Masjid yang berada di lapangan merdeka itu kedatangan tamu istimewa, yaitu ustad kondang Muhammad Arifin Ilham. Kehadiran pendakwah yang sering muncul dilayar TV itu sontak membuat suasana Masjid Istiqomah menjadi hidup.
“Mana sih ustad Arifin (Sapaan akrab Muhammad Arifin Ilham, red)? Aduh ga keliatan lagi…” sedikit penasaran, seorang Ibu yang duduk tepat dibelakang pintu masuk masjid celingak celinguk menintip kearah dalam. Memang, sangkin ramainya pengunjung, untuk ikhwan, tempatnya di ruang salat dan akhwat diluar ruang salat hingga memadati ruang serbaguna Masjid Istiqomah.
Ada yang seorang diri, ada yang bersama keluarga, ada pula dari sejumlah perkumpulan pengajian yang tersugesti untuk ikut mendengar tausiah dari pria pendiri Majelis Dzikir Az-Zikra itu.
“Yang saya senangi dari ustad Arifin ini saat menyampaikan dzikir. Itu yang paling dominan. Tapi ceramah beliau juga menarik,” puji Saibah yang pernah mengikuti dzikir bersama ustad Arifin di Masjid Ataqwa masih ditahun 2008 ini.
Warga Jalan Prapatan Dalam itu mengaku, selama memasuki Ramadan, baru ini ia menginjakkan kaki di Masjid Istiqomah. Staff Organisasi Tata Laksana (Ortal) Pemkot Balikpapan ini rela sepulang dari kantor sekira pukul 15.00 Wita, langsung meluncur ke Masjid Istiqomah seorang diri.
Jika Saibah seorang diri, Niar, warga perumahan Graha Indah Batu Ampar memboyong 10 rekan se-pengajiannya untuk ikut mendengarkan tausiah pria kelahiran 8 Juni 1969. Nama pengajiannya adalah Miftahul Jannah. Demi mendapatkan posisi terdepan, pengajian ini pun melaksanakan salat Ashar di Masjid Istiqomah. Padahal dijadwalkan acara tausiah itu dimulai pukul 16.00 Wita.
Niar dan rekan-rekannya menuturkan, sosok ustad Arifin cukup piawai dalam memberikan ceramah rohani. Namun lebih piawai lagi saat memimpin dzikir. Saat diajak dzikir bersama, kalimat-kalimat suci yang dilontarkan ayah tiga anak itu mampu menggugah perasaan dan menyentuh hati para makmum. Itu dirasakan mereka saat juga saat mengkuti dzikir bersama di Masjid Ataqwa.
Tutur bahasa yang santun dengan penyampaian yang sederhana, tidak salah jika ustad Arifin menjadi ustad idola pengajian Miftahul Jannah ini. Seandainya sore itu ada kesempatan, pengajian yang aktif rebana ini juga ingin foto bareng ustad Arifin. Namun keinginan itu langsung pupus saat panitia mengatakan ustad arifin tidak mau batal wudhu.
“Kharismanya itu boleh lah. Beliau sosok ustad yang santun dengan dzikir yang selalu kena dihati. Di Balikpapan sekarang ini sering dilanda musibah, jadi kita perlu dzikir bersama dengan dipimpin oleh ustad lokal. Tapi kalau bisa ustad Arifin dipanggil lagi,“ ujar Niar sembari menambahkan pengajiannya lebih suka ustad santun daripada ustad gaul.
Sementara itu, dalam penyampaian tausiah berjudul Iman dan Ikhtiar Untuk Mencari Ridho Allah SWT, ustad Arifin lebih menekankan tentang arti Ramadan. Dikatakannya, datangnya Ramadan seyogyanya membangun kesadaran dan membangkitkan selera ibadah.
“Ramadan itu berasal dari kata romdon yang artinya pembakaran. Sesuatu yang dibakar ada yang bermanfaat, ada juga yang untuk kebersihan,” jelasnya.
Dalam tausiah berdurasi sekira 45 menit itu, ia mencontohkan, sampah yang dibakar tujuannya agar lingkungan menjadi bersih. Sementara besi yang dibakar bisa menjadi pisau yang bermanfaat untuk dapur. Demikian juga dengan manusia. Lanjutnya, bulan Ramadan yang diberi selama satu bulan itu dilakukan pembakaran yang baik. Karena Allah SWT ingin mencetak orang beriman pribadi kepada-Nya.
Lanjut pria yang masa kecilnya dihabiskan di Banjarmasin ini, datangnya Ramadan untuk membakar dosa-dosa umat Islam ini patut disyukuri. Kalau tidak datang bulan suci itu, umat muslim tidak bisa membersihkan dosa, takabur, rencana busuk dan pikiran jahat.
“Jangankan 11 bulan, sehari pun kita banyak dosa. Janganlah kita merasa paling suci. Sujudkan kepala yang mulia ini sejajar dengan telapak kaki,“ ucapnya penuh hikmat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar