Rabu, November 11, 2009

Kisah Seorang Veteran: Dibonceng Sepeda Ontel, Bawa Surat Rahasia

Diusianya yang senja, wajar jika Siradjudin tidak ingat pasti kisah masa lalunya sebagai pejuang kemerdekaan. Veteran asal Laskar Persatuan Pemuda Indonesia (PPI) Banjarmasin itu, kini menjadi pasien terlama di RSU Kanujoso Djatiwibowo (RSKD) Balikpapan.

NAMA lengkapnya Mohamad Siradjudin Mahdjuri. Sore itu di bangsal 10 Flamboyan C Rumah Sakit Umum Kanujoso Djatiwibowo (RSUKD), pria yang oleh penghuni RS sekitar dipanggil Kai ini sedang duduk diatas pembaringan. Terlihat tangan kirinya memainkan tasbih berwarna putih yang terbuat dari manik-manik mata kucing. Terlihat pula bibirnya yang bergetar berkomat-kamit mengucapkan kalimat-kalimat dzikir.
Sosok kelahiran Banjarmasin 7 Juli 1931 ini cukup ramah menyambut kehadiranku. Ia pun mempersilakan aku ini duduk di sudut pembaringannya. Sedikit kaget, lantaran saat memperkenalkan diri, ia menyodorkan tangan kiri. Ternyata tubuh bagian kanan Sirad sudah tidak berfungsi alias mati separuh akibat stroke yang dideritanya.
Konon, stroke menyerangnya secara tiba-tiba sekira tiga tahun silam saat ia masih menetap di Sekretariat Dewan Pimpinan Cabang Legiun Veteran Republik Indonesia (DPC LVRI) Kota Balikpapan. Saat itu, ia langsung diboyong rekan sesama veteran menuju RSUKD. Dan atas kebijakan RSUKD, sejak itu hingga sekarang ia diperbolehkan menetap di ruang itu meski sudah diperbolehkan pulang. Pernah satu ketika, ada seorang kerabat yang mengajaknya keluar dari RS, tapi seorang Sirad dalah sosok mandiri dan tidak mau menyusahkan keluarga, sehingga ia lebih memilih menjadi penghuni RSUKD.
“Eee..saya..saya..ga mau gini..ga…ga..,“ ucap Sirad terbata-bata sembari mengulurtangan kirinya kemudian menggelengkan kepalanya dengan pelan.
Sirad adalah satu dari sekian pejuang kemerdekaan di era 1945 hingga 1949 di Banjarmasin. Satu yang paling berkesan dihati Sirad kala dia masih kecil, adalah saat dimana mengkuti sang ayah mengantar surat rahasia dari kandangan ke Banjarmasin. Ayah Sirad bernama Mahruji, adalah pahlawan perintis kemerdekaan. Bermodal sepeda ontel, Sirad dibonceng ayah yang terus mengayuh sekencang-kencangnya agar segera sampai ditujuan. Sirad tidak ingat persis berapa jarak dan waktu yang ia tempuh untuk sampai di Banjarmasin demi menyerahkan surat rahasia ke sosok yang bernama Kapten Rusman. Yang ia ingat, harus melewati hutan belantara yang cukup panjang dan lama dibarengi rasa was-was terhadap serangan musuh.
“Itu.. eee..dari Kandangan antar ke dari hulu sungai..eng..ke kecamatan pangaron.. eng..ke Banjarmasin naik sepeda. Pangaron ke Banjarmasin 80 km. Trus..eng..trus.. suratnya disimpan didalam ban,” dengan nada bergetar dan terputus-putus ia berusaha mengingat.
Tidak jarang Perwira Navigasi di Komando Daerah Kepolisian VII/Metropolitan Jakartaraya ini menepuk-nepuk jidatnya untuk mengingat peristiwa-peristiwa seru yang dialaminya tempo dulu. Setelah sedikit mengingat, ia kembali bercerita. Ada satu cerita lucu tentang Sirad kecil. Masa penjajahan Belanda, tidak semua orang bisa membaca. Dan Sirad yang mengenyam bangku Sekolah Rakyat sering dimintai untuk membacakan isi surat kabar harian dihadapan khalayak ramai. Namanya anak-anak, sesekali ia membaca isi berita, namun tidak sesuai dengan yang tersurat.
“Yang lucu, datu (paman,red) saya ee.. pembekal lurah.. aku disuruh baca.. neh..neh.. saya disuruh baca didepan 20 orang. Saya bilang..ee..ada berita kapal terbang mendarat di loteng (atap rumah, red). Pulang..eng..saya..saya..dipanggil datu. Mana sirad?! Dusta aja kapal terbang diloteng..,“ kenangnya sembari tersenyum.
Beranjak dewasa, Sirad menjadi seorang pelaut. Bermodal kemampuan bahasa inggris dan holand speaker, Sirad pernah menjadi wakil kapten alias modem II selama dua tahun di kapal Ga Vina. Kapal yang perairannya menuju Hongkong, RRC dan luar negeri lainnya. Setelah dua tahun, akhirnya ia turun di Jakarta dan kembali lagi menjadi awak kapal. Kali ini kapalnya berupa kapal barang menuju Singapura. Kai yang kini berusia 77 tahun ini pun tidak ingat pasti kapan ia bertemu pujaan hati hingga memutuskan mengikat tali pernikahan dan kemudian berpisah. (*)

Selasa, November 10, 2009

Polemik seputar pasar alam baru somber

Polemik seputar pasar alam baru somber



Eksistensi pasar alam baru somber atau kerab di sapa pasar abs menimbulkan polemik. bukan hanya dari segi lokasi yang dibangun di kawasan terbuka hijau sehingga menyalahi tata ruang kota. juga nasib para pedagang yang keluhkan sepi pembeli, akibat minimnya sarana transportasi menuju lokasi tersebut.

Polemik lain yang belakangan muncul sebagian besar pedagang pasar abs, lebih memilih kembali ke lokasi penjualan lama di pasar pandan sari sebagai pkl.

Nah, tulisan ini pun mencoba mengupas polemik seputar pasar abs secara hukum dan sosial, dalam program idc realitas.

************************
Pasar abs merupakan pasar yang disiapkan pemerintah kota balikpapan, dalam hal ini dinas pasar, sebagai wadah relokasi pkl yang berjualan di sekitar gedung pasar pandan sari. pasar abs sendiri difungsikan sejak awal september 2009.

Penertiban pkl ini mengacu pada surat keputusan wali kota balikpapan karena selain merusak tatanan kota, juga dianggap merugikan pedagang resmi yang menempati gedung pasar pandan sari.

Pasar abs sendiri di bangun di kawasan pesisir terbuka hijau di kelurahan margomulyo balikpapan barat. pasar seluas dua hektar tersebut bukan berada di lingkungan perumahan, melainkan kawasan industri, sehingga transportasi umum belum ada yang melintas saat itu.

Urung awal oktober, barulah walikota balikpapan menunjuk tiga trayek yakni satu lima dan enam, untuk melintas di pasar abs. namun sayangnya, kebijakan itu tidak berjalan maksimal.

Hingga berita ini diturunkan, jumlah pedagang yang menempati pasar abs hanya kisaran 50 pedagang atau sekisar 10 persen dari 800 lebih pkl yang berjualan di pasar pandan sari. padahal pengelola pasar abs telah rampungkan 835 petak yang telah siap ditempati. dari jumlah itu pun ternyata 50 persen diantaranya pun telah terbayar lunas oleh pkl tersebut.

Ani, pedagang telur di pasar abs, mengungkapkan, di minggu-minggu pertama berjualan di pasar abs, terdapat sekisar 200 pedagang yang mengisi petak pasar. hanya bertahan tidak lebih dari dua minggu, 150 pedagang diantaranya lebih memilih kembali berjualan sebagai pkl di pasar pandan sari.

Ani pun menduga ada praktik pungutan liar atau pungli oleh aparat setempat, sehingga para pkl hingga saat ini masih terlihat berjualan di sekitar gedung pasar pandan sari.

Senada juga dilontarkan irfa, pedagang kelontongan pasar abs. menurutnya, kenakalan aparat dan membandelnya pkl yang masih ngotot berjualan di pasar pandan sari, merugikan para pedagang pasar abs.

Sumarno, yang kesehariannya berjualan ikan asin di pasar abs menganggap, pemerintah kota bertindak setengah hati dalam mendirikan pasar abs. menurutnya, selain ketidaktegasan aparat dalam menertibkan pkl, ini dibuktikan dengan masih sangat minimnya angkutan umum yang melintas di kawasan tersebut.

Mengeluh bukan berarti berpangku tangan. pengelola pasar abs beserta pedagang sepakat melakukan upaya memperkenalkan pasar abs dan menarik pelanggan dengan melakukan sejumlah kegiatan.

Staff pengelola pasar abs, muhammad taufan, mengatakan, di ahad pertama november hingga hari ahad seterusnya, pihaknya menggelar senam pagi massal berhadiah. selain itu, khusus akhir november 2009, pihaknya berencana gelar kegiatan lomba, antara lain kasidah, rebana dan karaoke anak.

Tentu saja, selain menggelar kegiatan umum, pihaknya juga terus berkoordinasi dengan dinas pasar untuk masa depan pasar abs.

Berbanding terbalik dengan gunjingan pedagang, kepala dinas pasar, khairani, mengatakan, pihaknya sangat serius dalam menertibkan pkl pasar pandan sari.

Ia mengatakan, dinas pasar bersama satuan polisi pamong praja telah memberlakukan pengawasan 24 jam sejak pertengahan oktober. termasuk melarang pedagang pasar subuh beroperasi di sekitar kawasan pandan sari.

Menanggapi polemik seputar pasar abs, pihak legislatif sebagai lembaga kebijakan menilai, keputusan pemerintah merelokasi pkl pasar pandan sari ke ke pasar abs adalah salah besar dan berkesan tergesa-gesa.

Menurut ketua komisi ii dprd balikpapan, kesalahan terbesar adalah pasar abs yang dibangun di lahan terbuka hijau, yakni di kawasan pesisir yang merupakan kawasan konservasi tanaman mangrove. ia juga mengkhawatirkan, sampah-sampah sisa dagangan akan menumpuk dan mencemari sungai di kawasan itu.

Namun sudah kepalang basah. pihaknya pun meminta dengan tegas kepada pemerintah, untuk segera menyelesaikan masalah transportasi menuju pasar abs dan menertibkan pkl pasar pandan sari secara simultan.

Sementara terkait dugaan pungli yang diungkapkan sejumlah pedagang, muklis membenarkan kejadian itu.

Ia berkata, pihaknya telah melakukan pengkajian terkait dugaan tersebut. termasuk mengirimkan surat kepada dinas pasar untuk melakukan klarifikasi di hadapan dewan pada desember mendatang.

Minusnya kinerja dinas pasar pun berbuntut panjang di mata dewan. muklis mengatakan, pihaknya pun mengusulkan agar dinas pasar berubah menjadi perusahaan daerah (perusda). menurutnya, eksistensi instansi dinas pasar tidak tertuang dalam peraturan pemerintah nomor 41 tahun 2007 tentang rencana pembentukan perangkat daerah.

Dinas pasar sendiri pun menanggapi dingin hal tersebut, dan menyerahkan kebijakan seutuhnya di tangan wali kota balikpapan.

Beragam polemik seputar pasar abs membuat kalangan independen pun menjadi gerah. salah satunya lembaga berbasis lingkungan, lsm stabil balikpapan.

Kepala bidang advokasi dan kebijakan publik lsm stabil balikpapan, jufriansyah, juga mempertanyakan alasan pemerintah, sehingga memilih kawasan hutan manggrove menjadi pasar abs. kebijakan yang tergesa-gesa itu, menurutnya, justru semakin banyak yang dirugikan. bukan dari pedagang dan dana yang ditelurkan pemerintah, melainkan juga dari sisi peluang terjadi pencemaran lingkungan. bencana banjir pun tidak menutup kemungkinan akan terjadi, akibat pematangan lahan untuk lokasi pasar.

Nasi sudah menjadi bubur. menurut jufri, langkah kedepan yang harus diambil pemerintah adalah, mekanisme untuk membatasi pergerakan para pedagang. karena dikhawatirkan sampah-sampah sisa dagangan akan terbuang begitu saja, sehingga mencemari sungai disekitar dan menimbulkan bencana banjir.

Menurutnya, juga perlu ada semacam kegiatan penghijauan yang digelar pengelola pasar abs dan pengadaan rumah kompos di lokasi pasar.

Jufri sendiri dalam menanggapi keluhan pedagang, mengusulkan kepada pemerintah kota untuk segera menyiapkan sarana transportasi massal.

Menurut jufri, agar lebih efisien, transportasi masal tersebut baiknya beroperasi pada jadwal yang telah ditetapkan agar menguntungkan semua pihak terkait, yakni sopir, pembeli dan pedagang.

Sekelumit masalah pasar abs yang timbul, sudah sepantasnya pemerintah kembali berkaca. setidaknya kembali melakukan pengkajian bersama pihak terkait, mengenai apakah kawasan pasar abs layak untuk dijadikan kawasan bisnis. mengingat kawasan somber yang berstatus hutan kota dan masuk dalam kawasan industri.

Muncul pula suatu tanda tanya besar. benarkah pemerintah hanya separuh hati dalam merelokasi pkl pasar pandan sari ke pasar abs. mengingat pasar abs hanya menjadi lokasi penampungan sementara.

Karena pemerintah sesungguhnya telah menyiapkan lahan yang lebih luas untuk menampung seluruh pkl di pasar induk kelurahan kariangau balikappan barat.

Bukankah itu juga dinamakan pemborosan anggaran???

Rabu, Agustus 19, 2009

Merdeka ku di Gn Sibayak

Aq lg senyum-senyum sendiri neh…
bukan krn seseorang, bukan krn rezeki nomplok, ataupun krn turun berat badan.... hehehheeeee….
Aq senyum, abis liat semangat mereka melakukan upacara HUT RI ke-64. Mulai dari gua grubug, dasar laut bunaken, puncak semeru, dll yg belum sempat aq saksikan di layar tv…
Trus kok senyum2??!!.. heheheee lagi…, ya iya lah..!! hal itu mengingatkan ku peristiwa dua tahun lalu…************

Tepatnya jelang malam pergantian tgl 16 ke 17 Agustus 2007, aq bareng puluhan temen2 Mapala bulatkan tekad merayakan HUT RI ke- 62 di puncak gn Sibayak Sumatera Utara.
Hosh.. hosh.. hosh.. semangat kaki menapaki jalan, membalut udara dingin yg menusuk sendi. Maklum lah, perkampungan di kaki gn Sibayak itu cukup dingin.. engg.. kira2 ada kali 23 derajat.. (mohon diluruskan klo salah)..
itu baru di kaki loh pemirsa, belum klo di puncak, di ketinggian sekisar 2200 lebih Dpl.. Brrrrr…..rrasa banget.. dingin dan aroma khas belerangnya.. *********.

Pukul delapan pagi Teng!! upacara dimulai..,
tidak ada kemeja, sepatu mengkilap atauw sikap sempurna.. sudah jadi khas penampilan anak2 Mapala, pakaian lusuh bertema Sang Petualang, rambut sembrawut, tdk ketinggalan Mitela melingkar di leher.
“Istirahat di tempaaaa..aatt grak!!!”, perntah pemimpin upacara. Buru-buru para peserta lipat kedua tangan di dada dan mengapit jari2nya di ketiak… hahahhaaa.. lucu juga.. udara dingin merubah ambil sikap mereka saat istirahat di tempat ..

senyum ku pun menjadi tawa kecil yg tersembunyi di balik handy cam yg ku sorot ke arah mereka *****************

Sabtu, Mei 23, 2009

konversi, sukses kah?!

Katanya, program pengalihan atau konversi minyak tanah ke gas elpiji untuk menghemat subsidi "penguasa". Tujuannya agar subsidi minyak tanah bisa dialihkan untuk subsidi yang lain. Masyarakat terlihat pro dan kontra dengan program itu. bagi yang kontra beralasan khawatir gasnya "meledak"!!...


Balikpapan terpilih sebagai kota perdana diluncurkannya program konversi minyak tanah ke gas elpiji di Kalimantan. Persiapannya diawali pencacahan atau pendataan oleh konsultan yang dipilih Upms VI Pertamina yakni PT Info Cahaya Hero pada Januari 2009. Adapun penerima paket konversi di Balikpapan mencapai 71 ribu rumah tangga sasaran. Penerimanya pengguna minyak tanah, baik kalangan keluarga miskin, pelaku UKM dan masyarakat umum dengan penghasilan di bawah Rp 1,5 juta.
GM Upms VI Pertamina Giri Santoso mengatakan, untuk minyak tanah pemerintah harus merogoh kocek sebesar Rp 3500 per liter. Sementara untuk subsidi gas elpiji pemerintah hanya merogoh kocek Rp 1700 per kilo gram.
"Selain mengirit subsidi, LPG juga irit pake. Dua liter minyak tanah itu setara pemakaiannya dengan satu kilo gram LPG," imbuh Giri.
Giri juga mengatakan, potensi penghematan di Balikpapan terkait program tersebut mencapai 50 miliar per tahun.
masyarakat Balikpapan, khususnya kalangan pedagang dengan penghasilan pas-pasan mengaku sedikit berberat hati terhadap program tersebut. Begitu tau ada konversi ia melakukan penimbunan. Karena,setelah pembagian paket LPG selesai, pertamina hanya akan menyediakan minyak tanah yang non sunsidi. Yang per liternya mencapai Rp 8000 lebih.
"Aduh, saya itu masih takut pake kompor gas, Nanti meledak. Ya itu aq kemarin banyak mbak beli minyak tanah. itu sudah ada itu di rumah 80 liter saya simpan. aq pake itu dulu mbak..," kilah Fatimah, salah satu pedagang gado-gado di kawasan lapangan merdeka.
kekhawatiran seperti itu didapati Pertamina. Mariadi, Kepala Operasi Gas Domestik Regional V Makasar menegaskan, tidak ada istilah tabung gas LPG meledak.
"kalau pun ada tabung yang bocor, akan menimbulkan bau seperti buah durian. Nah, kalau gas keluar dari tabung, bisa mengakibatkan ruangan terakumulasi. ini lah yang menyebabkan timbulnya suara keras," imbuh Mariadi.
memang ada baik dan buruknya kalau menggunakan LPG. Satu sisi kalau pemasangan tabulator tidak tepat, bisa menyebabkan kebocoran gas. dan bukan tidak mungkin bis amengakibatkan kebakaran. tapi disisi lain, memasak dengan kompor gas lebih hemat waktu dan merata hasil masakannya.
"Kalau saya dukung aja mbak. ga perlu takut, kan kita selain dapat kompor,LPG 3 Kg dan tabulator, kita kan dapat petunjuk pemakaian. klo ga ngerti nanti kan bisa minta tolong ke kelurahan," ujar salah satu penerima paket konversi Siti Aminah.
"Lagianmasak pake elpiji itu cepat, bisa hemat uang dan itu mbak peralatan dapur juga ga kotor (berjelaga, red)," tambahnya.
beranjak dari warga penerima paket konversi, sejumlah pengusaha kompor minyak tanah justru merasa diuntungkan. Kasinem, pemilik usaha kompor IDMAS mengatakan, seiring didengungkannya program konversi/ pembelian kompor minyak tanah per hari mencapai lima unit. Padahal sebelumnya, usaha yang berada di bilangan karang jati Balikpapan Tengah itu hanya mampu menjual dua unit per hari.
"Justru untung saya. Malah pernah kompor saya laku 20 biji. Masyarakat sini masih takut pake kompor gituan mbak..," tutur wanita paruh baya itu.
kendati meningkat, Kasinem melakukan ancang-ancang. mengingat si "penguasa" nantinya hanya menyediakan minyak tanah non subsidi. wanita yang menggeluti usaha kompor sejak 1968 itu berencana menjual kompor yang menggunakan batu bara atau arang,"
"Pokoknya kita ga kehabisan akal. apa mau pemerintah itu ya kita ikuti saja lah. saya ga takut rugi kok," pungkasnya mantap.

mendapati hal ini, pemerintah, khususnya pemda Balikpapan dan pertamina patut merasa was-was. apalagi di jawa sana ada yang kedapatan justru menjual paket konversi tersebut dan tetap memilih menggunakan minyak tanah.
sales area manager BBM pertamina Retail Kaltim Agus Taufik Harahap dalam suatu kesempatan, mengingatkan masyarakat penerima paket konversi, untuk tidak menjualnya. karena itu hanya merugikan diri sendiri.
"Satu misal, dalam satu hari rumah tangga bapak dan ibu menghabiskan satu liter minyak tanah. harga per liter minyak tanah itu kisaran Rp 3000. berarti dalam 8 hari, bapak dan ibu harus merogoh uang Rp 24 ribu. Tapi kalau Bapak dan Ibu menggunakan LPG, selama 8 hari cukup membayar Rp 12.500 saja," pesan Agus dalam sosialisasi program konversi di aula Balaikota Balikpapan.
terlepas dari itu, sejumlah pangkalan pun mengatakan tidak menyanggupi untuk menjual LPG 3 Kg. dengan alasan tidak mampu melakukan penebusan.
"Ya untuk itu Pertamina membuka kesempatan kepada masyarakat Balikpapan yang mau membuka pangkalan LPG. terutama untuk daerah pinggiran," imbuh humas Upms Vi Pertamina Bambang Iriyanto.

cukup rumit memang. ditengah keterbatasan kemampuan dan pemikiran sejumlah masyarakat, itu bertentangan dengan pemikiran "penguasa". sejumlah pangkalan pun mengatakan tidak menyanggupi untuk menjual LPG 3 Kg. dengan alasan tidak mampu melakukan penebusan. namun yakinilah pemerintah sang "penguasa" punya rencana jitu di balik itu. bisa saja, subsidi minyak tanah itu dialihkan untuk program pemerataan pendidikan dan mensejahterakan masyarakat. betul kah??!! (*)

Jumat, Februari 27, 2009

dinas pertanian

Dinas Pertanian Perikanan dan Kelautan Balikpapan, siapkan 150 ekor bibit sapi, sebagai program sapi bergulir di tahun 2009. Kepala Dinas Pertanian Perikanan dan Kelautan Balikpapan Chaidar Chairulsyah mengatakan,saat ini program tersbeut masih dalam tahap pencarian tender. sementara untuk pelelangannya, dilaksanakan oleh tim satgas pembangunan.

"Aksi lelangnya akan berjalan satu bulan. itu kita mulai laksanakan pada April mendatang," sebut Chaidar lagi.

lebih lanjut, suami utami ini mengatakan, program yang menyedot APBD Provinsi 2009 sebesar satu miliar rupiah tersebut dalam rangka menyanggupi kebutuhan daging sapi di balikpapan. Selama ini, Rumah Potong Hewan (RPH) hanya mampu menyuplai satu persen dari kebutuhan daging sapi di Balikpapan di setiap bulan.

"Di Balikpapan kebutuhan sapi mencapai 750 ekor per tahun. sedangkan RPH kita hanya mampu menyediakan satu persen, lima sampai delapan ekor per bulan. dan untuk menutupi kekurangan itu, penjagal mengambil pasokan sapi dari sulawesi NTT sampai NTB," ujarnya.

"Nanti per ekor bibit sapi kita hargai lima sampai tujuh juta,. kita akan memberikannya kepada masing-masing kelompok" tambahnya lagi sembari mengatakan di balikpapan terdapat 70 kelompok tani.

Segala sesuatunya terkait kesuksesan program sapi bergulir, sudah dipersiapkannya matang-matang. Termasuk jika nanti ada penyelewengan dari petani. pihaknya akan membuat perjanjian dengan kelompok tani. Pun dilakukan pengawasan terhadap tumbuh kembang ternak sapi mereka kelak.

"Kita punya lima petugas penyuluhan untuk memantau kesehatan hewan ternak. namun, kita juga sudah ancang-ancang, jika program sapi bergulir ini tidak berjalan maksimal, kita akan lakukan inseminasi atau kawin suntik," ucapnya mantap.

Selain, sapi bergulir dinas yang berada di jalan marsma iswahyudi ini juga menyiapkan 150 hektar lahan untuk perkebunan karet. program ini menyedot dana apbd provinsi 2009 sebesar dua miliar rupiah.

Dan sama seperti lahan yang disiapkan untuk program sapi, bergulir, perkebunan karet ini tersebar di dua wilayah. yaitu Kelurahan Teritip Balikpapan Timur dan Kelurahan Karang Joang Balikpapan Utara.

"saat ini sudah tersedia 3000 hektar pertanian karet. Dan karet ini mbak, adalah komoditas unggulan di balikpapan loh," ucapnya seraya tersenyum.

Chaidar pun tidak menapik, sejak oktober 2008, harga karet turun hingga 60 persen. jika sebelumnya per kilo karet beku seharga 10 ribu rupiah, kini turun menjadi empat ribu rupiah per kilo gram.

"Krisis finansial ini akan lewat kok. Jadi karet nanti tetap memiliki nilai jual yang tinggi. karet ini bisa bertahan selama satu tahun. jadi sembari menunggu harga stabil, petani bisa beralih dulu ke tanam sayur," tandasnya."

Chaidar juga mengatakan, pohon karet ini akan terus berproduktivitas hingga usia 25 tahun. dan untuk satu hektar perkebunan karet mampu menghasilkan 20 kilo gram karet beku.(*)

Kamis, Februari 19, 2009

Karel Baginda Wafat

Rabu (18/02/09), langit tampak mendung. Bahkan terlihat butir-butir air langit yang jatuh ke bumi jelang siang itu. Yah,, hari itu sekira pukul 12.45 Wita, alam sedih dan berduka. satu sosok pejuang Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang eksis sebagai veteran pejuang kemerdekaan, pergi untuk selamanya.

Innalilahi Wainalilahi Roji'un. Kepala Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) Cabang Balikpapan Karel Baginda menghembuskan nafas terakhir di usianya yangke-83 dikarenakan sakit. Veteran Pejuang Kemerdekaan ini tutup usia pada Rabu 18 pebruari 2009 di kediaman putranya di kawasan Klandasan Ilir pukul 12.45 Wita.
Jenazah Baginda dimakamkan di taman makam pahlawan Dharma Agung, keesokan harinya sekira pukul 11.00 Wita. Prosesi pemakaman dilangsungkan secara militer oleh Denzipur Tanjungpura dengan inspektur upacara Letkol Amari Dullah.
Suasana haru mengiringi prosesi pemakaman, jelang siang itu. Sejumlah veteran dengan jubah kebesarannya, dan rombongan pemerintah kota yang diwakili Kabag Humas Sekdakot Balikpapan Adam Ari Muladi terlihat tunduk menatap sayu. Keluarga yang ditinggalkan mengaku tidak ada firasat apa-apa menjelang kematian Karel Baginda. Seperti yang disampaikan putra ke-10 Baginda Amir Husein kepada ku.
"Saya ga ada firasat apa-apa kok mbak. memang pernah itu beberapa kali saya mimpi. Bapak ngajak saya jalan-jalan, katanya mau ketemu Almarhumah Ibu. tapi kami anggap biasa saja dan kita bawa bapak langsung ke rumah sakit," kenang Amir Husein dengan mata sedikit sembab.
Satu yang tidak di lupakan pria berusia 37 tahun ini tentang sang Ayah.
"Dulu kecil, saya pernah minta mainan. Padahal saat itu kita tidak punya apa-apa mbak. Carimakan itu sulit sekali. Tapi Bapak itu saya ga tau dapat uang dari mana terus saya di belikan mainan itu," ucapnya sedikit menerawang dengan mata dagu yang terkatup.

Baginda berpangkat Letnan Satu Infantri ini mengantongi 14 bintang tanda jasa. Ia pensiunan kesatuan Batalyon Infantri 3 Mei Merdeka di Manado. sebelum meninggal Bapak 11 anak ini sempat di rawat di rumah sakit tentara selama 10 hari. berdasarkan diagnosa, kakek 27 cucu ini mengalami sakit ginjal. yang setelah itu ia dirawat rumahkan selama dua minggu dan akhirnya meninggal dunia.

Dimata para sahabat, Baginda adalah sosok yang sederhana, tegas dan pengayom. salah satu anggota LVRI Balikpapan Ahmadu yang kamis itu terlihat paling pagi ke makam mengaku mengagumi sosok Baginda. dengan terbata bata ia mengisahkan, kehidupan Baginda cukup memprihatinkan. Namuntidak pernah mengeluh.

"Dia (Baginda, red) ga pernah mengeluh kalau sakit. makanya saya kaget dengar dia masuk rumah sakit. Kalau liat rumahnya mbak, MasyaAllah, ga layak tinggal mbaak..saya sampai sedih lihatnya," ucap pria berusia 74 tahun itu.

senada diucapkan Sekretaris DPD Veteran Kaltim La Ode Djamani. Ia mengagumi sepak terjang Baginda dalam sejarah memperjuangkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

"Sudah berapa periode ia dipercayai menjadi Kepala LVRI Balikpapan. ia pantang menyerah dah tidak mau terlihat susah di mata kami semua. ia sangat hebat. Dari Almarhum Baginda kita akan banyak belajar demi kelangsungan LVRI ini," ucapnya mantap.

Sekretaris Kantor Pemberdayaan Masyarakat (KPM) Balikpapan Sukaryanto mengaku sangat kehilangan sosok Baginda yang penuh semangat. ia juga mengakui, sosok kepemimpinan Baginda bisa menjadi contoh tauladan bagi anggota lainnya.

"Yang saya ingat dari Karel Baginda, waktu HUT LVRI beberapa waktu lalu. saat itu dia sedang sakit namun bersedia menjadi inspektur upacara. dia senang bergurau sehingga membuat suasana menjadi akrab. semoga arwahnya diterima di sisi-Nya dan keluarga yang ditinggalkan pun tetapsabar dan ikhlas," tutup sukaryanto tersenyum tipis. (*)

Senin, Januari 19, 2009

pak tani padi

Dihadiahi Hand Tractor, Petani Diundang ke Rumjab Wawali
Gapoktan “Tani Makmur” Karang Joang Panen Padi Perdana

KAMIS (9/10/08), merupakan hari bersejarah bagi empat kelompok tani Karang Joang yang tergabung dalam Gapoktan “Tani Makmur“. Hari itu merupakan panen perdana padi mereka yang juga dihadiri Wakil Wali Kota (Wawali) Balikpapan H Rizal Effendi SE.

Pagi itu, hujan deras membasahi bumi kota Minyak. Namun tidak menyurutkan rencana yang sudah disusun matang oleh Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Wilayah Utara khususnya Karang Joang untuk melakukan panen padi perdana secara simbolis. Yang rencananya panen simbolis itu dilakukan oleh Wakil Walikota Balikpapan H Rizal Effendi SE.

Perhelatan bertempat KM 12, tidak jauh dari Waduk Manggar itu, dikemas secara sederhana. Di tengah hamparan sawah, yang ukurannya tidak terlalu luas itu diatapi dengan terpal. Dibawahnya berjejer seadanya kursi plastik yang berhadapan dengan meja sepanjang dua meter di bagian tengah. Bukan hidangan mewah tersaji di atasnya. Hanya ada jagung rebus, singkong rebus, kedelai rebus dan buah pepaya yang membuat semua yang hadir disana tidak mampu berhenti mengunyah. Terlebih cuaca yang cukup membuat tubuh menggigil lantaran hujan.

Pukul 09.30 Wita, hujan masih mengguyur. Ketua Gapoktan “Tani Makmur” Ir Agus Basuki menyampaikan sambutannya. Disitu telah hadir Wawali, Kepala Dinas (Kadis) Pertanian Kota Balikpapan Ir H Chaidar Chairulsyah, Kasubdin Tanaman Pangan Ir Heria Prisni, Camat Balikpapan Utara (Balut) Sugianto SSos Map, Lurah Karang Joang Djamhari, perwakilan dari BPS, RT setempat dan puluhan petani padi diwilayah tersebut.

Agus menyampaikan, bertanam padi adalah dalam rangka mendukung program pemerintah untuk Peningkatkan Produksi Beras Nasional (P2BN) sebanyak dua Ton. Sehingga Gapoktan “Tani Makmur” yang berada di Kelurahan Karang Joang mengembangkan penanaman padi di sawah. Mengingat pula telah dialokasikan dana pertanian sebesar Rp 450 juta dari APBN 2008 dengan target 100 Ha, petani padi Karang Joang mengambilnya sebanyak 30,5 Ha untuk padi sawah dan 20 Ha lagi untuk padi gunung atau ladang.

“Tapi saat ini kita hanya padi sawah. Padi ladang rencananya November yang rencananya di daerah sektor waduk manggar,” terangnya.

Agus mewakili para petani juga menyampaikan sejumlah harapan. Perbaikan infrastruktur/akses jalan dari lokasi persawahan sehingga melancarkan proses pengangkutan hasil pertanian. Pun diharapkan perbaikan saluran irigasi yang kini buntu akibat pembuatan jalan dalam kegiatan peninggian waduk manggar. Pengadaan mesin penggiling pun juga menjadi harapan utama mereka dengan asumsi bahwa produksi rata-rata per Ha empat Ton Gabah Kering Giling (GKG). Maka diperkirakan akan ada produksi gabah sekira 200 Ton.

“Mudah-mudahan petani akan terus berkarya dan terus maju dengan motto “Petani Makmur. Dan ini tidak bisa berkembang tanpa dukungan dari berbagai pihak,“ ucapnya seraya tersenyum.

Sementara itu, Kadis Pertanian Chaidar Chairulsyah menyampaikan apresiasi besarnya dengan kinerja “Tani Makmur” ini. Dan sebagai bentuk dukungan itu, Chaidar berjanji akan menghadiahkan masing-masing satu unit hand tractor dan power threser untuk semakin menyemangati para petani padi itu. Dengan harapan wilayah itu menjadi rancangan percetakan sawah supaya optimal hasilnya.

“Nanti mesinnya kita serahkan ke kelompok tani. Sekarang belum bisa karena masih dalam proses tender. Semoga dengan ini bisa meningkatkan kesejahteraan,“ harap Chaidar.

Sebelum seluruh yang hadir benar-benar turun ke sawah untuk memanen padi, Wawali pun didaulat untuk menyampaikan sepatah dua patah kata. Rizal mengaku kagum karena sangat jarang bisa menjumpai persawahan di daerah kota. Selain itu, dengan bertani padi juga membantu kelangkaan beras di Balikpapan. Juga masyarakat Balikpapan tidak perlu lagi membeli beras dari luar karena pasokan beras dari Kota Minyak sudah benar-benar mencukupi kebutuhan pangan masyarakat Balikpapan.

“Saya mengundang para petani bertandang ke rumah jabatan wawali. Disana nanti kita akan buat pasa (13 okt)

salam tempel

Supaya Lebih Sopan, Anak-anak Tambah Semangat Bertamu Tradisi Angpau dan Ornamen Pintu saat Lebaran Idul Fitri

TRADISI memberikan uang receh bagi anak kecil yang berkunjung ke rumah saat lebaran Idul Fitri bukan hal yang baru bagi masyarakat Kota Minyak. Hanya saja budaya itu kini dikemas lebih rapi sama seperti tradisi masyarakat Tionghoa saat perayaan Imlek. Uang dimasukkan dalam amplop mungil yang dikenal dengan sebutan angpau.

Mengemas uang receh biasanya pecahan Rp 1.000, Rp 5.000, Rp 10.000, walaupun ada yang sampai Rp 50.000 bahkan Rp 100.000 per anak. Dulunya uang receh itu begitu saja diserahkan, biasanya ketika si bocah hendak berpamitan setelah menikmati jajanan lebaran. Namanya juga anak-anak, kalau tahu uang yang diberi pemilik rumah tergolong besar, pasti ada saja yang nakal dengan kembali berkunjung ke rumah yang bersangkutan.

Berburu angpau dilakukan lebih sering dilakukan anak-anak secara berjamaah. Tidak ada penunjukkan langsung siapa yang jadi pemimpin, namun ada saja anak yang dijadikan panutan sekaligus penunjuk jalan mana saja rumah yang angpaunya hendak diserbu.

Dengan munculnya angpau lebaran Idul Fitri, bocah-bocah lebih bersemangat untuk bersilaturahim walaupun tujuan utamanya ya angpau itu, atau mengantongi kue lebaran yang dianggap paling lezat serta minuman kaleng.

“Bapak kan anak tertua. Jadi kalau lebaran hari pertama pada ngumpul di rumah semua,” kata Lina, warga RT 04 Karang Jati yang baru saja membeli angpau lebaran.

Lina memborong dua plastik angpau Idul Fitri. Setiap paket isinya bisa lima sampai 10 angpau. Selain lebih praktis, angpau lebaran lebih terlihat sopan ketika akan diserahkan kepada anak-anak. Kesannya itu bukan seperti tamu datang kemudian diberi uang. “Biar lebih sopan saja, lagi pula amplopnya menarik, masih bisa disimpan buat kenang-kenangan,” kata Lina yang tercatat sebagai mahasiswi Politeknik Samarinda

Ukuran, bahan dan model amplop versi Idul Fitri sama seperti amplop untuk Imlek. Hanya saja, kalau amplop angpau Imlek ini hanya ada satu warna yakni merah dengan ukiran huruf kanji di atasnya. Ada juga gambar sepasang tokoh kartun, dengan mata sipit yang mengenakan baju Shanghai. Tokoh kartun wanita, rambutnya dikepang dua yang disertai sanggul berbalut kain merah, sementara kartun pria mengenakan penutup kepala menyerupai lobe dengan kunciran rambut yang panjang dibelakangnya. Kedua tangan kartun ini terkatup didepan dada seolah mengucapkan “Gong Tzi Fat Choy“.

Untuk versi Idul Fitri, terdapat aneka warna pilihan. Diantaranya merah, putih dan hijau. Motifnya pun beragam. Ada gambar masjid, ketupat dan orang yang sedang bersalaman dengan mengenakan busana muslim. Ada juga amplop dengan motif sedikit kekanak-kanakan, seperti gambar kartun yang lucu. Tapi tetap tidak meninggalkan suasana yang oleh umat muslim di Indonesia menyebutnya Lebaran. Karena disetiap amplop terdapat tulisan Selamat Idul Fitri, Minal Aizin Wal Faizin atau Mohon Maaf Lahir Batin.

Selain angpau lebaran, ada pula tradisi lain yang diadopsi yakni ornamen buat dipajang di pintu. Saat perayaan Natal, ornamen yang biasa dipasang di pintu berupa tokoh Sinterklas, bunga berbentuk bulat dan lainnya. Sementara ornamen pintu untuk lebaran Idul Fitri berbentuk masjid, ketupat, serta ucapan mohon maaf lahir dan batin.

“Harga angpau lebarannya murah kok, cuma Rp 3.000 per plastik, isinya 10 amplop. Kalau ornamen pintu, ada yang Rp 25 ribu, Rp 35 ribu tergantung bentuknya,” ujar seorang penjual di kawasan Damai.

Penjaga toko UD Adi Jaya, Anis mengatakan, jelang lebaran seperti sekarang, angpau Idul Fitri di tempatnya terjual sebanyak 500 amplop. “Rata-rata yang beli dari kalangan muda,” sebutnya.(*)


ga punya mukena

Kisah Gakin di Jl A Wahab Syahrani RT 64 Batu Ampar

LEBARAN sebentar lagi. Umat muslim bergembira menyambut datangnya Hari Kemenangan. Namun tidak demikian halnya kaum dhuafa satu ini, yaitu pasangan Paimung dan Sining serta seorang anaknya Robayah.

Kaum dhuafa ini, sepertinya tidak terlalu memikirkan apa yang harus dilakukan saat lebaran tiba. Seperti menyiapkan hidangan kue-kue kering, minuman ringan, membersihkan rumah dan menyambut kedatangan tamu.

Namun yang pastinya, pasangan suami istri (pasutri) Paimung dan Sinin serta satu-satunya buah hati Robayah tetap melaksanakan salat Id di masjid terdekat. Tidak memiliki mukena bukan menjadi alasan untuk tidak melaksanakan salat, karena masih ada sarung yang bisa dimanfaatkan untuk menutupi aurat. Karena momen itu hanya datang sekali dalam setahun, tentu saja sayang untuk dilewatkan.

“Abis salat, di sini aja (rumah, Red) gak kemana-mana. Gak ada uang,” ujar Robayah yang duduk di samping Sinin. Sementara Paimung sore itu belum pulang dari bekerja.

Yah, kemarin, media ini menyambangi kediaman Paimung bertempat Jalan A Wahab Syahrani RT 64 Batu Ampar (Batam). Keluarga yang telah 10 tahun menetap di Balikpapan itu hingga sekarang belum mengantongi kartu gakin. Padahal jika diperhatikan mereka termasuk dari kaum mustahik yang hidup dibawah garis kemiskinan, tidak memiliki pekerjaan tetap dan hidup benar-benar pas-pasan.

Pasutri ini mengira-ngira usia mereka sudah kepala tujuh. Dan Robayah mengira-ngira usianya telah mencapai kepala tiga. Dalam keseharian, Paimung bekerja sebagai pemotong rumput. Tapi secara manual, tanpa menggunakan mesin, lantaran Paimung tidak sanggup untuk memikul mesin pemotong rumput. Sementara Sinin, ia tidak dapat melakukan apa-apa. Tubuhnya yang ceking, kering dan keriput itu membuktikan bahwa lansia dengan rambut memutih itu tidak mampu bekerja keras. Sehingga dalam kesehariannya, Robayah lah yang mengerjakan segala pekerjaan rumah tangga.

Tidak mengantongi kartu gakin, dikatakan Robayah lantaran belum memiliki surat-surat pindah yang lengkap dari tempat asal mereka yaitu Sanjai Sulawesi Selatan. Sehingga sulit bagi mereka yang hidup dari meminjam tempat dari saudara untuk memperoleh haknya sebagai keluarga miskin (gakin).

Rumah yang ditempati itu dari depan tampak seperti rumah biasa. Namun tak selamanya bagus diluar bagus juga didalam. Hujan lebat yang mengguyur Balikpapan disertai angin kencang beberapa waktu lalu, telah memporak-porandakan tempat Mandi Cuci Kakus (MCK), sehingga rumah itu telah tidak memiliki MCK lagi. Dan bukan hanya itu. Bangunan yang berdiri diatas tanah liat dengan bagian belakang berbatasan langsung dengan sungai kecil, telah menjadi mereng sekira 30 derajat. Mungkin jika kembali hujan lebat dibarengi angin kencang, rumah sangat sederhana itu akan roboh seketika.

“Takut tambah longsor nanti,” celetuk Sinin dengan suara kecil, pelan dan halus.

Rasa khawatir yang luar biasa, membuat keluarga malang ini berencana pindah. Pindah dengan membangun gubuk kecil yang menempel di salah satu kediaman sanak famili. Kediaman sanak famili itu juga tidak jauh dari tempat tinggalnya, karena masih mencakup satu RT. Namun karena berbenturan dengan biaya, terpaksa niat itu diurungkan. Padahal mereka sangat berharap sekali saat lebaran, telah menempati rumah barunya. “Rencana mau tambal dari rumah saudara, tapi belum ada dana. Katanya itu Rp 500 ribu. Kalau baju lebaran dikasi-kasi orang aja,“ tutur wanita bertubuh kurus itu.(*)

cerita nek pinah..

Kenang Almarhum Suami, Nenek Pina Menyendiri di Gubuk Reot
Cucu Tak Merestui, Batal Dipindah ke Panti Jompo

Begitu miris hati ini, jika melihat sekilas kehidupan Pina. Lanjut usia (lansia) ini seorang diri hidup di satu gubuk reot, tempat ia berteduh dari hujan, panas dan melepas lelah di malam hari. Sementara ia masih memiliki anak yang tinggal tidak jauh dari gubuknya.


PINA, tiga tahun lagi genap berusia 100 tahun. Namun, kekuatan tenaga yang ia miliki tidak menunjukkan bahwa ia telah berusia 97 tahun. Ia masih mampu berjalan menapaki jalan bertangga yang terjal tanpa bantuan apapun. Kecuali malam, ia butuh bantuan seseorang sebagai penuntun arah, karena ia sudah tidak mampu lagi melihat dengan sempurna.

Pina yang uzur lebih menyukai hidup dalam kesendirian, meskipun sangat terbatas. Sekira empat tahun lalu, warga Jalan Dahor 2 Kelurahan Baru Ilir ini mendirikan gubuk di lahan sempit, tepat belakang perumahan Pertamina, kawasan RT 49. Padahal saat itu, ia tinggal bersama putrinya yang telah berkeluarga di RT 47 yang tentu saja masih mencakup wilayah Baru Ilir.

Gubuk, ukuran mulai panjang dan lebar tidak lebih dari dua meter. Gubuk itu sendiri terbuat dari papan-papan bekas bangunan, seng, bambu, karpet dan kertas-kertas karton. Pina telah meminta tolong kepada pemuda setempat untuk membantu mendirikannya. Dan dalam gubuk itu ada kasur, kompor dan rak tua yang terbuat dari rotan untuk menyusun pakaian dan peralatan makan.

Di luar gubuk, terdapat dua drum berkapasitas 50 liter yang ditutupi dengan plastik yang ditimpa dengan sepotong kayu tebal. Tujuannya agar air tidak kemasukan kotoran. Dibagian atas, terdapat dua tali jemuran. Ditempat terbuka itulah Pina melakukan rutinitas Mandi Cuci Kakus (MCK). Disebelahnya ada kebun mini Pina sepanjang satu meter. Ia menanami tanaman singkong, pepaya dan masih ada beberapa jenis sayuran lain disana yang digunakan sebagai pauk.

Masalah air, ia mendapatkan yang layik, karena terdapat selang yang dialirkan dari sumber mata air Pertamina. Dengan adanya selang itu, tidak jarang warga sekitar turut menampung air dari di gubuk itu.

Udara dingin di malam hari seakan tidak ia rasakan karena ada selimut tebal yang mendekap erat tubuh rentanya. Sengatan dan nyanyian serangga penghisap darah pun bisa ia hindari dengan menggunakan kelambu. Sehingga lansia bertubuh ceking dan keriput itu bisa nyenyak dalam tidur. Sebagai penerang di malam hari, nenek empat cucu itu mengandalkan lampu botol. Ia telah benar-benar menyiapkan segala sesuatunya untuk menetap di gubuk itu.

Apa yang membuatnya lebih memilih tinggal di gubuk sempit di atas lahan yang bukan miliknya? Sementara masih ada rumah anak yang layak dan nyaman untuk ditinggali. Lansia yang telah menjanda sejak 30 tahun itu menuturkan, ia tidak selamanya menetap di gubuk. Terkadang ia pulang ke rumah anaknya yang bernama Sutimah di RT 47 itu, meskipun di hari terang ia memilih menghabiskan hari di dalam gubuk. Hanya saja, jika ia sedang ingin menyendiri, merenung atau mengenang masa-masa dulu bersama suami, ia memilih ke gubuk derita. Bisa saja satu hingga dua minggu ia bermalam di sana. Anak-anak tidak ada yang mampu melarang. Jarak yang tempuh dari gubuk ke rumah sekira 250 meter dengan medan yang menanjak.

Selasa (23//9) pagi, gubuk derita itu disambangi Istri Wakil Wali Kota, Hj Arita Rizal didampingi lurah setempat bersama Kantor Pemberdayaan Masyarakat (KPM). Arita begitu mengkhawatirkan kondisi Pina yang hidup menyendiri. Setelah dibahas bersama lurah dan KPM, muncul rencana memindahkan Ibu tiga anak itu ke Panti Jompo.

Namun, seorang cucunya, Afendi, putra Sutimah yang telah berumah tangga itu merasa keberatan jika si nenek dibawa jauh darinya. Afandi memastikan bahwa ia mampu membiayai kehidupan Pina. Akhirnya, diputuskan, Pina harus beranjak dari gubuk dan kembali ke rumah. Selanjutnya gubuk itu akan dibongkar habis. Dan sebagai informasi tambahan, hari ini pihak kelurahan akan kembali menyambangi Pina dan menemui Afandi untuk meminta kepastian.

liat museum perang yukz

Murid SMP Diajari Nembak, Murid TK Nonton Film Latihan Perang

WIH, keren. Kini di Kota Beriman telah hadir museum perjuangan yang berlokasi di Rumah Jabatan (Rumjab) Kepala Hukum Kodam

VI/Tanjungpura. Mau lihat beragam atribut militer, senjata, granat tangan, dan seputar perlengkapan militer lainnya. Mau belajar menembak bisa juga loh atau nonton film latihan perang.

Museum Tanjungpura ini kemarin secara resmi dibuka untuk masyarakat umum oleh Pangdam VI/Tanjungpura Mayjen TNI Tono Suratman. Launching museum ditandai dengan kunjungan pelajar dan murid TK di lingkungan Yayasan Kartika.

“Aku kalau udah gede mau jadi tentara,” seru seorang bocah TK yang mengenakan seragam tentara lengkap dengan pangkat dan sempritan di lengan kanan.

Keliling melihat koleksi museum Tanjungpura tak hanya menciptakan kekaguman akan kekuatan militer Tanjungpura. Semangat juang dan rasa patriotik bangsa langsung bergelora. “Masuk museum gratis dan ini terbuka bagi masyarakat umum. Silakan bagi mereka yang ingin berkunjung, museum kami buka mulai pukul 09.00 hingga 15.00 setiap Senin hingga Jumat,” ungkap Kepala Museum Tanjungpura, Capten Chb Sartono yang juga Bintal Kodam VI/Tanjungpura.

Di ruang tengah museum, berjejer rapi aneka jenis senjata api, peluru serta alat komunikasi yang digunakan selama jajaran Kodam VI/Tanjungpura melakukan operasi menegakkan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Koleksi senjata api misalkan, tersimpan rapi dalam lemari kaca senjata kaliber 45 yang digunakan fretilin yang berhasil dirampas oleh anggota Yonif 621/MTG saat operasi Timtim tahun 1978. Sedangkan amunisi, diantaranya kaliber 12,7 milimeter. Jenis amunisi ini untuk senjata mesin berat Browning 50 HBFL yang digunakan oleh pasukan Yonif 611 Awang Long saat operasi Seroja di Timor-Timur tahun 1988.

Tak hanya peluru dan senjata api, terompet yang digunakan saat pemakaman prajurit yang gugur di daerah operasi dan sangkakala yang digunakan pada tahun 1964 juga terpampang di satu lorong. Bulu kuduk agak sedikit berdiri ketika tak jauh dari lorong tadi terdapat prasasti bertuliskan nama sejumlah prajurit yang gugur saat operasi mulai 1957 hingga 2005. Foto-foto pangdam dan Kasdam sebelum reorganisasi juga tersusun rapi di satu lemari kaca yang terkunci rapat semakin menambah rasa kecintaan akan kekuatan militer di tanah air. Sementara di luar bangunan museum, terpajang dua meriam asal negara Inggris dan Australia yang dioperasikan tahun 1942.

“Kalau nanti ramai pengunjung atau ada yang datang rombongan, bisa kita putarkan film dokumenter latihan tempur. Kita juga siapkan lapangan latihan tembak. Nanti menembaknya pakai senapan angin,“ jelas Sartono.

Dikatakan, tujuan mendirikan museum, untuk menggugah kembali semangat bangsa Indonesia untuk mencintai tanah air. Juga mengenang sejarah pendahulu yang berjuang mendirikan negara Indonesia. Sasaran utama adalah kalangan pelajar dengan harapan mampu menumbuhkan rasa cintanya kepada tanah air.(*)