Senin, Januari 19, 2009

liat museum perang yukz

Murid SMP Diajari Nembak, Murid TK Nonton Film Latihan Perang

WIH, keren. Kini di Kota Beriman telah hadir museum perjuangan yang berlokasi di Rumah Jabatan (Rumjab) Kepala Hukum Kodam

VI/Tanjungpura. Mau lihat beragam atribut militer, senjata, granat tangan, dan seputar perlengkapan militer lainnya. Mau belajar menembak bisa juga loh atau nonton film latihan perang.

Museum Tanjungpura ini kemarin secara resmi dibuka untuk masyarakat umum oleh Pangdam VI/Tanjungpura Mayjen TNI Tono Suratman. Launching museum ditandai dengan kunjungan pelajar dan murid TK di lingkungan Yayasan Kartika.

“Aku kalau udah gede mau jadi tentara,” seru seorang bocah TK yang mengenakan seragam tentara lengkap dengan pangkat dan sempritan di lengan kanan.

Keliling melihat koleksi museum Tanjungpura tak hanya menciptakan kekaguman akan kekuatan militer Tanjungpura. Semangat juang dan rasa patriotik bangsa langsung bergelora. “Masuk museum gratis dan ini terbuka bagi masyarakat umum. Silakan bagi mereka yang ingin berkunjung, museum kami buka mulai pukul 09.00 hingga 15.00 setiap Senin hingga Jumat,” ungkap Kepala Museum Tanjungpura, Capten Chb Sartono yang juga Bintal Kodam VI/Tanjungpura.

Di ruang tengah museum, berjejer rapi aneka jenis senjata api, peluru serta alat komunikasi yang digunakan selama jajaran Kodam VI/Tanjungpura melakukan operasi menegakkan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Koleksi senjata api misalkan, tersimpan rapi dalam lemari kaca senjata kaliber 45 yang digunakan fretilin yang berhasil dirampas oleh anggota Yonif 621/MTG saat operasi Timtim tahun 1978. Sedangkan amunisi, diantaranya kaliber 12,7 milimeter. Jenis amunisi ini untuk senjata mesin berat Browning 50 HBFL yang digunakan oleh pasukan Yonif 611 Awang Long saat operasi Seroja di Timor-Timur tahun 1988.

Tak hanya peluru dan senjata api, terompet yang digunakan saat pemakaman prajurit yang gugur di daerah operasi dan sangkakala yang digunakan pada tahun 1964 juga terpampang di satu lorong. Bulu kuduk agak sedikit berdiri ketika tak jauh dari lorong tadi terdapat prasasti bertuliskan nama sejumlah prajurit yang gugur saat operasi mulai 1957 hingga 2005. Foto-foto pangdam dan Kasdam sebelum reorganisasi juga tersusun rapi di satu lemari kaca yang terkunci rapat semakin menambah rasa kecintaan akan kekuatan militer di tanah air. Sementara di luar bangunan museum, terpajang dua meriam asal negara Inggris dan Australia yang dioperasikan tahun 1942.

“Kalau nanti ramai pengunjung atau ada yang datang rombongan, bisa kita putarkan film dokumenter latihan tempur. Kita juga siapkan lapangan latihan tembak. Nanti menembaknya pakai senapan angin,“ jelas Sartono.

Dikatakan, tujuan mendirikan museum, untuk menggugah kembali semangat bangsa Indonesia untuk mencintai tanah air. Juga mengenang sejarah pendahulu yang berjuang mendirikan negara Indonesia. Sasaran utama adalah kalangan pelajar dengan harapan mampu menumbuhkan rasa cintanya kepada tanah air.(*)