Rabu, Desember 10, 2008

Yang Baru Pegadaian Syariah

Luncurkan Produk Mulia

Pegadaian syariah meluncurkan produk baru. Produk tersebut bernama mulia, singkatan dari murabahah emas logam mulia untuk investasi abadi. Kemasan produk ini berupa pembiayaan kepada masyarakat, yang berniat membeli emas batangan logam mulia, lewat pegadaian syariah.
Kepala cabang pegadaian syariah balikpapan nyoto margono mengatakan, produk pembiayaan emas batangan ini diluncurkan pada januari 2009.
Adapun emas batangan yang ditawarkan seberat lima gram, 10 gram, 25 gram, 250 gram dan satu kilo gram. Dan untuk menjamin karatase, akan diterbitkan sertifikat logam mulia.
Sembari menunggu launching, Margono mengatakan pihaknya tengah melakukan sosialisasi. Sosialisasi tersebut ditujukan kepada sejumlah lembaga seperti masjid dan lembaga kegiatan bersifat keagamaan. Sosialisasi tersebut berupa proses mengikuti produk mulia dan jangka pembiayaannya.

Eksistensi Perbankan Syariah di Balikpapan

Bank Syariah Nambah Satu

Jaringan perbankan syariah di Balikpapan akan bertambah satu, yakni Bank Pengkreditan Rakyat Syariah (BPRS) Ibadurrahman. Pemimpin Bank Indonesia Balikpapan Causa Iman Karana mengatakan, diperkirakan pendirian bank itu pada akhir desember 2008.
suami nining ini mengatakan saat ini BPRS Ibadurahman kini dalam tahap administrasi. perbankan syariah itu tinggal menyerahkan rencana izin prinsip dan rencana kerja untuk 12 bulan kedepan. dan tahap selanjutnya, setelah mendapat tandatangan persetujuan dari pemimpin bi balikpapan, pengelola BPRS bisa beroperasi, selambat-lambatnya 30 hari setelah penandatanganan. Dan selambat-lambatnya 10 hari setelah beroperasi, mengirim laporan ke Bank Indonesia dan melakukan pemasangan papan nama.

didampingi staff perbankan Bank Indonesia Balikpapan Muhammad Ali, causa iman mengatakan BPRS Ibadurahman adalah cabang dari Kabupaten Penajam Paser Utara. Dengan bergabungnya BPRS Ibadurrahman, maka kota balikpapan memiliki enam perbankan berbasis syariah.

Dengan dibukanya perbankan syariah ini, Causa Iman mengatakan, indikasi perkembangan syariah di balikpapan mengalami pertumbuhan cukup pesat. Ini bisa dibuktikan dengan, pada awal 2009, BTN Syariah juga akan berkiprah di Balikpapan. pun dengan Bank Mega Syariah yang akan membuka cabang di tanah grogot.

Hingga oktober 2008, volume usaha tumbuh sebesar 19,75 persen dari tahun sebelumnya. Yaitu dari 306 miliar rupiah pada oktober 2007, tumbuh menjadi 367 miliar rupiah pada oktober 2008.

Sementara dana dari pihak ketiga, lanjut causa iman, pada Oktober 2007 sebesar 254 miliar rupiah, naik menjadi 304 miliar rupiah pada oktober 2008.

Sedangkan kredit bermasalah, causa iman mengatakan masih relatif kecil. Pada tahun 2008 mencapai 1, 73 miliar rupiah lebih.

dampak krisis ekonomi global

Penjualan kendaraan bermotor, elektronik menurun
harga obat meningkat

Terhitung oktober dan november 2008, penjualan kendaraan bermotor mengalami penurunan. Seperti cv semoga jaya, dealer sepeda motor merk Honda. Dealer ini mengalami penurunan mencapai 30 persen angka penjualan sejak dua bulan terakhir. dan ini merupakan dampak dari inflasi atau ketidakstabilan dolar amerika serikat.

Supervisor marketing CV Semoga Jaya Ramos Silalahi menuturkan, target penjualan di tahun 2008 setiap bulan adalah 150 unit. Sementara pada bulan oktober penjualan 131 unit dan november mencapai 120 unit. Sementara angka penjualan terakhir yang melampaui target pada bulan September, yakni sebesar 247 unit. Menurut ramos, ini disebabkan pada bulan tersebut ada satu perusahaan yang membeli sepeda motor honda sebanyak 51 unit.

Ramos sendiri mengaku tidak tahu persis apakah penurunan angka penjualan ini lantaran masyarakat menunggu dollar stabil atau mengalihkannya ke infestasi lain, seperti membeli emas. Namun untuk meningkatkan penjualan pihaknya meluncurkan produk. antara lain memberi bonus setiap pembelian sepeda motor atau memberi subsidi hingga 800 ribu rupiah setiap pembelian sepeda motor dengan cash.

Sementara itu, sales supervisor dealer mobil merk daihatsu dodi juliadi mengatakan, ketidakstabilan ekonomi berpengaruh dari segi permintaan customer dan penjualan. Dikatakan, pada oktober dan november masing-masing angka permintaan sebanyak 85 dan 73 unit. Sementara dari segi penjualan pada bulan yang sama, masing-masing sebanyak 74 dan 86 unit. Sehingga jika dipresentasekan penurunan mencapai 15 persen.

Dodi memprediksikan, 2009 untuk pemesanan produk daihatsu akan stabil di angka 70-an. Namun untuk Desember ini, Dodi menargetkan penjualan dan permintaan mencapai 100 unit.

pasar komputer di balikpapan juga makin lesu sejak oktober hingga desember ini. karyawan mascom balikpapan safik mengatakan sebelum dua bulan terakhir itu, omzet penjualan mencapai Rp 500 juta per bulan. namun kini mengalami penurunan mencapai 20 persen.
safik melontarkan, sebelum fluktuasi nilai tukar dollar amerika serikat, dalam satu hari masccom mampu menjual 10 perangkat komputer. namun sejak dua bulan terakhir, dalam satu hari, ia hanya terjual lima sampai tujuh perangkat komputer.

krisis ekonomi global juga terasa dari sektor kesehatan. harga obat dipasaran naik 0,97 persen. hal ini diamini Manager Apotek Pelayanan Kimia Farma di jalan soekarno hatta km 2,5 balikpapan, Zul Ikhwan. namun itu tidak sepenuhnya karena krisis ekonomi, melainkan juga kebutuhan baku obat-obatan dari negara Cina juga mengalami kenaikan harga lantaran langka.
ia mencontohkan beberapa item yang mengalami kenaikan hatga. antara lain anti biotik merk amoxan 500 mg yang sebelumnya Rp 37.200 per strip, sejak November menjadi Rp 38.200. pun dengan obat anti jamur merk nizoral tablet 200 mg. semula Rp 14.200 naik menjadi 14.300 per tablet.ul ikhwan
Zul Ikwan mengatakan, ada beberapa item obat yang malah mengalami penurunan. penurunan itu sudah berlaku sejak maret 2008. item-item itu adalah obat-obat esensial yang sudah menjadi konsumsi rutin si pasien. contohnya, obat anti diabetes glimel, sebelumnya Rp 11.400 per tablet, hingga sekarang bertahan di harga Rp 2.300 rupiah. pun dengan obat tekanan darah captensin, semula Rp 30 ribu per strip, hingga sekarang bertahan di harga Rp 8.000.

Selasa, November 25, 2008

Jawara Administrasi RT Tk Kota 2008


Tegen dan Misto menunjukkan penghargaan sebagai jawara lomba administrasi tk kota balikpapan 2008

Swadaya Beli Komputer, Bangun Balai Serbaguna
Kiat RT 33 Menjadi Jawara Administrasi

PANTASLAH RT 33 Kelurahan Sumber Rejo Balikpapan Tengah (Balteng) meraih peringkat pertama, dalam lomba administrasi RT tingkat kota tahun 2008. Upaya yang dilakukan ketua RT yang kala itu masih dijabat oleh Misto beserta msyarakat sungguh maksimal. Bagaimana tidak. Secara swadaya RT yang dihuni 102 Kepala Keluarga (KK) membeli seperangkat komputer dan mendirikan balai serbaguna. Dibalai serbaguna itulah, komputer diletakkan disana untuk entry data. Dibalai itu juga rutin kegiatan posyandu dan periksa kesehatan lansia, disamping rapat pengurus.
"Pembenahan administrasi ini juga, saya hanya meneruskan semasa RT ini dipegang pak Tegun. Dan semua upaya ini juga tidak terlepas dari bantuan masyarakat setempat," kelakar Sumito pada Selasa (25/11).
Untuk diketahui Misto menjabat sebagai Ketua RT 33 pada 2005-2008. Dan sejak Juli 2008-2011, RT 33 dibina oleh H Sumarlan Tegen. Beliau jugalah yang menjabat sebagai ketua RT 3 periode berturut-turut, kemudian digantikan Misto. Dan kini, Tegen kembali dipercayai warga untuk membina RT seluas kurang lebih 1 ha tersebut.
Menjumpai Misto di balai serbaguna, didampingi Tegen dirinya mengatakan yang menjadi kriteria penilaian dalam lomba, bukan semata administrasi RT terkait luas wilayah, penduduk, surat menyurat dan biaya-biaya. Kata Misto, penilaian juga terkait administrasi posyandu, siskamling dan lingkungan. Dan saat itu tim penilai diantaranya dari unsur Polresta dan Pemkot Balikpapan.
"Disini kalau ada kegiatan, pasti langsung dicatat. Kematian, kedatangan, sumbangan dari luar dan swadaya masyarakat. Dan saat penilaian itu, semua seksi-seksi ditanyain sama tim penilai," ujar Misto.
Disamping piagam dan piala, Selaku sang jawara administrasi tingkat kota, RT 33 telah mengantongi uang pembinaan sebesar Rp 17,5 juta. Dan hadiah itu telah diserahkan langsung oleh Wali Kota Balikpapan H Imdaad Hamid SE di dome pada Minggu (23/11). Akan dimanfaatkan untuk apakah dana itu? Tegen melanjutkan, sebagai ketua RT 33, dirinya berencana memanfaatkan hadiah itu untuk seragam ibu-ibu PKK, membeli mesin perintis dan menggerakkan cleen green heality (CGH). Tegen menuturkan, di lingkungannya masih ada lahan kosong. Rerumputan disana akan dirintis, kemudian ditanami apotik hidup atau toga dan sayur-sayuran.
"Sebenarnya kita untuk CGH juara 3 tingkat kelurahan. Dan ini akan kita gerakkn lagi. Tapi tujuan utama dari ini semua bukan semata juara. Kita ingin merangsang rasa sadar akan kebersihan, kesehatan dan semangat gotong royong kepada masyarakat," pungkasnya.(*)




latihan jurnalistik


beginilah gaya priyambodo saat memberi pembekalan

 
“Sikat Sampai Licin, Kayak Kepala Kecoak"


PELATIHAN Jurnalistik media pers dan kehumasan digelar Humas Pemkot Balikpapan. Bertempat Aula Balaikota, pelatihan berlangsung sejak 25-26 November dan diikuti sedikitnya 50 peserta. Berikut isi dari pelatihan tersebut.


MATERI yang disuguhkan di hari pertama pelatihan, yakni Selasa (25/11) Peningkatan Cyber Media Jurnalistik. Sebagai pembicara Priyambodo RH Direktur Eksekutif lembaga pers Dr Soetomo (LPDS).
Priyambodo membocorkan bagaimana agar website kehumasan pemerintahan asik dan lebih interaktif. Ketika memiliki portal, penulisan dalam gaya blog biasa menggunakan bahasa formal dan dominan berisi saran. Kata dia, supaya menarik, baiknya jika disitus itu disisihkan kolom komentar. Karena situs itu official, sifatnya resmi, tetaplah mengacu kepada 5 W + 1 H (who what where when why + how). Tetapi libatkan juga apa nilai lebihnya.
“Saya ingat waktu kecil dulu. Bapak saya dari angkatan. Jadi saya disuruh sikat sepatunya. Sikat sampai licin, kayak kepala kecoa, kata bapak. Begitu juga dengan artikel atau berita. Kredibel dan kapabel. Agar beritanya dibaca orang berkualitas, buat konsep yang berbobot. Harus ada fakta, nara sumber dan back ground. Yang berbicara adalah orang yang punya hak semisal kepolisian untuk kasus kriminal dan saksi mata. Buka juga situs google sebagai penambah bahan,” ulasnya dan menambahkan panduan untuk kehumasan antara lain hindari ’benar sendiri’, kemukakan akurasi informal, manfaatkan ’off the record’ (hak ingkari nara sumber), manfaatkan Teknologi Informasi (IT), berkelakarlah secara kreatif dan yakinkan wartawan adalah mitra.
Pengajar di Galeri Fotografi Jurnalistik ANTARA (GFJA) juga menerangkan, dalam penulisan jangan langsung menggambarkan imajinasi, tetapi perhatikan dari segi pelayanan publiknya. Contoh, lanjut ayah tiga putri ini, saat kita membicarakan tentang lokasi wisata. Ceritakanlah proses perjalanannya, harus naik apa, berapa lama, ongkosnya berapa jika naik bis atau taxi. Bukan semata menuliskan eksoktik lokasi wisata itu sendiri. Dengan demikian, berita itu juga menyentuk untuk kepentingan publik, bukan semata mengangkat lokasi wisatanya saja.
Alumnus International Institute for Journalism (IIJ) di Berlin itu berbicara blak-blakan. Ia selalu serius dan cepat menjawab setiap pertanyaan yang diajukan peserta yang lebih didominasi oleh kehumasan yang bermitra dengan Pemkot Balikpapan. Diantaranya Telkomsel, Lanud, TV Beruang, Polresta, PT Angkasa Pura dan RS Bhayangkara.
Suami ATS Ernawati ini juga menyoroti kebebasan pers dalam menggali berita. Satu contoh, tentang kasus mutilasi. Ketika media terlalu menuliskan secara detail bagaimana si pelaku memotong komponen-komponen tubuh korban, bisa berpengaruh kepada selera publik. Cilakanya, ketika media terlalu menuliskan secara detail proses mutilasi, tidak sebanding dengan ulama dan polisi yang ada.
“Ada temuan pers agak amburadul atau kacau balau. Karena di Indonesia ada kultur wartawan adalah profesi yang terbuka. Kalau di luar negeri, wartawan tertutup. Mereka harus kursus jurnalistik, sehingga mengetahui kode etik, etika dan tatacara sebagai insan media pers. Sekarang berbalik. Seperti ahli kesehatan di rumah sakit, bukan dari sarjana kedokteran. Begitu juga dengan jurnalistik,“ ungkapnya.
Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat Bidang Multimedia itu menyampaikan bahwa ketika berita dimuat dan disosialisasikan ke publik, itu sudah menjadi tanggungjawab redaksi bukan penulis. Stack holder supaya tidak terjadi kesalahpahaman penyalahgunaan. Ketika wartawan menggebu-gebu buat suatu berita, dan kebenaran redaktur juga sepaham dengan si wartawan sehingga tidak disaring dengan baik. Sementara itu bertolak dari apa informasi yang didapat dilapangan. Sebab itulah, pesan dia, kawan-kawan dari kehumasan menjalin hubungan baik dengan wartawan (insan pers). Buru-buru dia tambahkan, supaya tidak ada kesalahan persepsi, tidak ada salahnya memberi informasi melalui blog dengan bahasa formal.
Lepas daripada itu, kebijakan pengelolaan informasi berbasis internet perlu diterapkan kalangan humas, guna meningkatkan kinerjanya secara profesional. Sementara Teknologi Informasi (IT) dan sejumlah hal lainnya yang bersifat teknis, hanyalah alat dalam pekerjaan yang berkaitan dengan penyebaran informasi. Sedangkan faktor kemanusiaan dan kecepatan mengendalikan gagasan untuk segera mempublikasikan adalah faktor utamanya. (*)



Senin, November 24, 2008

Ketika Veteran Belum Mendapatkan Tunjangan dari Pemerintah

ASAH OTAK: Djamani, dikala senggang, memilih mengisi TTS, bertemankan secangkir kopi.




Masuk Sel Belanda, Djamani Seperti Kaset Tanpa Judul


Veteran mengantar nyawa, berjuang mengembalikan kemerdekaan kepangkuan ibu pertiwi. Sedikit mengherankan. Kendati telah turun Peraturan Pemerintah (PP) mengenai Tunjangan Hari Tua (Tupat) Veteran Republik Indonesia (RI), hingga saat ini mereka dan keluarga tidak dapat menikmatinya.

SEBAGAI veteran pembela kebenaran (masa-masa 1963 hingga 1976) yang berjuang dalam pembebasan Irian Barat, Djamani hingga saat ini belum mendapatkan tunjangan dari Pemerintah RI. Padahal berdasarkan PP RI Nomor 34 Tahun 2008 yang berlaku sejak tanggal 1 januari 2008, para veteran berhak menerima tunjangan setiap bulan.
Nominal tunjangan yang disebut-sebut sabagai Tupat itu sendiri disesuaikan berdasarkan golongan, yakni golongan A hingga E. dan untuk veteran pembela masuk dalam golongan E dan berhak dapat tunjangan sebesar Rp 746 ribu setiap bulan.
“Kita sudah dapat piagam penghargaan dari presiden sebagai tokoh kehormatan. Saya bingung, kita tokoh kehormatan harus menunjukkan surat miskin baru bisa dapat tunjangan,” keluh Djamani dengan nada datar.
Pemilik nama lengkap La Ode Djamani ini sebenarnya tidak mau menuntut banyak. Dijumpai di Kantor Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) Balikpapan kemarin, ia berujar asal ada asap di dapur dan mampu biayai sekolah si buah hati saja, itu sudah cukup. Lantaran tidak mau menuntut banyak itulah, ia mencukupi kebutuhan hidup dengan mengandalkan keahliannya sebagai tenaga penjahit. Yah, dengan membuka taylor di rumah kontrakan yang sederhana berlokasi di Komplek BTN Manggar Baru itu ia berjuang menafkahi istri dan seorang anak yang kini duduk di bangku kelas V SD.
Djamani, lahir di Kaimana Irian Jaya 25 Oktober 1946. Tahun 1961, Djamani tergabung dalam Tri Komando Rakyat (Trikora), yang mana Trikora itu terbentuk atas perlawanan dengan cara militer terhadap Belanda yang tidak senang atas berubahnya status RI dari negara serikat menjadi negara kesatuan. Djamani sendiri berjuang di irian lokal, tepatnya di Kalimana, tanah kelahirannya.
Banyak pergolakan yang perlu mendapat perlawanan para pejuang. Terutama dari sisi politik, hingga akhirnya kisah penjajahan Belanda berakhir pada 1 Mei 1963. sepanjang perjuangan itulah, Djamani bersama pejuang lainnya merasakan pahitnya kehidupan sebagai negara terjajah. Tokoh-tokoh perjuangan disana, selalu dan dapat mengatasi kepentingan pertikaian yang terjadi, yang biasanya berakhir dengan penangkapan-penangkapan tokoh pejuang itu.
“Selama pergolakan itu, kelihatan bahwa penindasan terhadap pertumbuhan bangsa kita sangat tidak manusiawi. Golongan separatis tertindas. Itu sangat saya rasakan dari segi pendidikan dan pekerjaan juga dari segi fisik,“ kenang Djamani.
Sejenak mata layunya menerawang. Suami Sariyonah itu mencoba mengingat kejadian-kejadian yang ia alami pada masa pembelaan. Selang beberapa detik, ia membenarkan posisi duduknya diatas kursi, menarik nafas panjang dan kembali bercerita. Pada masa Trikora, jika pribumi dilihat mengenakan busana berwarna merah, putih atau atribut-atribut lain dengan kombinasi warna atau salah satu diantaranya, akan langsung dijegal komplotan Belanda. Pribumi itu langsung diangap sebagai kaum separatis dan langsung dihajar habis-habisan oleh tentara Belanda itu.
Pernah satu ketika, Djamani bersama sekerumput anak muda lainnya duduk bersantai di satu sudut jalan. Hanya sekadar kumpul-kumpul anak muda menghabiskan waktu.
Apesnya, sejumlah tentara Belanda yang melintas malah mereka adalah sekelompok anak muda yang membentuk demonstrasi, menuntut kebebasan. Sontak, penjajah kulit putih berbaju loreng itu menghujankan pukulan bertubi-tubi, tanpa ampun kepada Djamani dan 19 rekan lainnya. Tidak memberi kesempatan untuk menjelaskan, sekerumput anak muda itu pun di boyong ke tahanan dan mendekam disana didalamnya dua hari. Djamani mengaku sangat geram saat itu. Namun apa daya, persenjataan dan kekuatan penjajah lebih kuat dibanding mereka.
Yang berkesan pada masa itu, bagi pemilik Nomor Pokok Veteran (NPV) 20.000.764 itu adalah masa-masa setelah pembebasan Irian Barat. Rasa kebebasan berpendapat dan berbuat, kendati harus diatur dengan peraturan kenegaraan, membuatnya bisa lebih leluasa mengeluarkan pendapat.
Terlepas dari itu, Djamani pun mencoba mengadu nasib, dari Ambon kemudian ke Balikpapan bersama sang istri. Seolah Dewi Fortuna sedang tidak bersamanya, saat turun dari kapal, tas tentengan berisi dokumen penting seperti ijazah perguruan tinggi saat ia lulus sebagai mahasiswa Fakultas Hukum dan Tata Negara di salah satu universitas di Jayapura, rahip di gondol pencopet. Pencopet itu mengira tas itu berisi uang, sehingga si pencopet memotong tas itu dari bawah hingga pegangan tas.
“Itulah kata teman-teman, saya ini ibarat kaset tanpa judul. Saya punya ilmu yang bisa saya sampaikan ketika saya terdaftar sebagai guru. Tapi apa buktinya. Ijazah saya sudah tidak ada,“ ucapnya seraya tersenyum kecil.
Untungnya, dokumen penting lainnya seperti Surat Keputusan (SK) Veteran, piagam penghargaan dari Presiden RI dan satya lencana karya satya tidak termasuk isi dari tas tenteng itu. Hingga akhirnya ia berjumpa dengan Karel Baginda, Ketua LVRI Balikpapan dan menunjukan SK itu. Kini, jadilah ia sebagai sekretaris markas daerah LVRI Provinsi Kaltim. Dan dari situ, dengan mengandalkan biaya operasional yang tidak mencapai Rp 300 ribu itu berikut kemampuannya dalam menjahit, ia menjalani kerasnya tuntutan ekonomi kota minyak Balikpapan. (*)


Pedagang Serbu Dinas Pasar


Minta Pasar Pandansari Baru Segera Beroperasi

BALIKPAPAN--Sebagian pedagang tempat penampungan sementara (TPS) Pasar Pandansari sudah tidak sabar untuk menempati bangunan baru. Apalagi dengan kejadian kebakaran yang menghanguskan 174 lapak pada Sabtu (15/11) malam. Kebakaran yang melanda Pasar Pandansari sudah dua kali terjadi, kejadian pertama berlangsung dua hari setelah perayaan Idul Fitri lalu.
“Kami minta supaya pedagang dipindahkan ke gedung baru, kalau tidak kami akan mengerahkan massa yang lebih banyak,“ tandas Ketua Tim 12, Andy Welly yang juru bicara pedagang TPS Pasar Pandansari kemarin. Andy Welly pada Senin (17/11) datang bersama puluhan perwakilan pedagang yang hingga kini berjualan di TPS.
Menanggapi tuntutan itu, Kepala Dinas Pasar Drs H Achmad Ilhamsyah MSi menyatakan belum bisa memenuhi keinginan pedagang untuk pindah ke gedung yang baru.
Alasannya, wali kota telah membuat kebijakan, Pasar Pandansari yang selesai direhab total baru akan diserahkan tanggal 26 Desember nanti. Pasar tradisional itu nantinya akan dikelola langsung oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT).
“Saya mohon bapak-bapak dan ibu-ibu bersabar. Kita harus senasib dengan 1.400 pedagang lainnya. Tanggal 26 Desember oleh pelaksana, baru diserahkan wali kota ke Dinas Pasar,“ ujar Ilhamsyah kepada perwakilan pedagang TPS Pasar Pandan Sari.
Masih di Dinas Pasar, Andy Welly menyatakan, dirinya mengherankan, kenapa pedagang hingga kini belum mengetahui dimana ia akan ditempatkan di gedung baru. Rencana pengundian nomor pedagang sudah sejak lama mencuat namun tak kunjung dilakukan.
“Di shopping, bangunannya belum jadi, pedagang sudah tahu nomor berapa. Di sini (Pasar Pandansari, Red), gedung sudah jadi, pedagang belum tahu nomor berapa,“ katanya.
Pertemuan antara perwakilan pedagang TPS Pasar Pandansari dengan pihak Dinas Pasar berlangsung kurang lebih satu jam. Pedagang juga sempat mempertanyakan bagaimana nasib mereka jika harus menunggu lebih dari satu bulan menempati kios baru.
Ilhamsyah yang sore itu didampingi Kepala UPTD Wilayah VI Sepinggan H A Baharuddin dan bBdang Sosial Budaya Alpur menyampaikan, paling lama dalam dua hari ini, pihaknya akan membersihkan sisa puing-puing kebakaran yang menghanguskan sebanyak 174 lapak tersebut. Sehingga pedagang bisa membangun tenda sementara dan kembali berjualan seperti biasanya.
“Kalau tenda, apakah dibangunkan oleh pemerintah atau bangun sendiri. Kalau boleh pemkot, itu kan hanya satu bulan. Mungkin untuk yang jualan sayur atau pisang, itu kan bisa saja jualan sementara waktu. Kita segera bersihkan puing-puing itu,“ janji Ilhamsyah.
Lebih jauh ia mengemukakan, untuk undian nomor, akan dilakukan usai pembersihan puing-puing kebakaran. Kata dia, pencabutan nomor undian akan berlangsung selama 10 hari. Alasannya, ada 1.400 lapak yang itu tidak mungkin diselesaikan satu atau dua hari. Setidaknya dalam satu hari, bisa 140 nomor yang akan diundi.
“Saya minta pedagang secepatnya supaya menahan diri. Zoning sudah, tapi nomor undian belum. Ini akan kita konsep sebaik-baiknya agar nanti tidak ada lagi pedagang yang komplain,” imbuhnya.
Ilhamsyah sendiri mengatakan UPT saat ini hanya diperkuat tujuh orang. Jumlah itu akan diperbanyak dengan cleaning service (CS). Karena sementara ini, CS ada dibawah pengurus pedagang. “Karena ini UPT, dikelola langsung. Jika nanti ada WC buntu, lampu mati, jangan ada yang komplain ke wali kota. Karena untuk perbaikan itu tidak akan diambil dari APBD,“ tandasnya.
Selain itu Ilhamsyah juga menekankan, pihaknya tidak bisa memerintahkan pedagang untuk segera pindah, lantaran masih terbentur dengan masa pemeliharaan bangunan oleh pihak kontraktor yang baru akan selesai pada 26 Desember.
”Kita tidak bisa langsung main pidahkan begitu saja, sebab sesuai prosedur pedagang bisa pindah setelah masa pemeliharaan bangunan selama 90 hari atau tiga bulan selesai dan diserahkan kepada pemkot,” ujar Ilham.
Beberapa waktu lalu, lanjutnya lagi, Dinas Pasar sempat memindahkan lokasi tempat sampah yang sebelumnya berada di badan jalan, menuju tempat sampah yang ada sekitar kawasan bangunan baru. Keinginan tersebut sempat disoal dengan PT Karunia Wahana Nusa selaku pemenang tender proyek dengan alasan masih dalam masa pemeliharaan, namun karena adanya desakan pedagang akhirnya pihak kontraktor menyetujuinya.
”Kita mau saja mempercepat pemindahan, tapi mau bagaimana lagi sudah prosedurnya seperti itu. Jadi pedagang bisa pindah setelah di atas tanggal 26 Desember,” jelas Ilham.
Kembali ia menjelaskan, kondisi pasar yang baru dibangun belum sepenuhnya sempurna. Masih ada beberapa yang belum diselesaikan kontraktor, seperti pengadaan pintu utama, pintu rolling besi masing-masing kios pedagang serta atap bangunan yang masih terlihat bocor. Oleh karena itu, pihaknya berharap agar sebelum tanggal 26 Desember, seluruh pengerjaan bangunan, terutama fisik sudah bisa terselesaikan. Sedangkan untuk pengelolaannya, kemungkinan besar tidak akan diserahkan pada pihak swasta, melainkan dialihkan upaya penguatan Unit Pelaksana Tugas (UPT) Pasar Pandansari.
”Masih ada beberapa yang perlu dibenahi lagi. Dan kita akan mengupayakan pengundian kios dilakukan sebelum tanggal 26 Desember, setelah itu baru kita benahi manajemen pengelolaannya dengan memperkuat UPT,” pungkasnya.
Sebelumnya di balaikota, Wakil Wali Kota (Wawali) H Rizal Effendi SE menjelaskan, gedung Pasar Pandansari yang baru nantinya akan dikelola oleh Unit pelaksana Teknis (UPT). Dan tidak ada pihak ketiga atau swasta dalam hal ini. UPT dibawah Dinas Pasar itu nantinya akan diperluas dan penambahan personel. Sehingga sistem manajemennya nanti adalah semi swasta.
“Kita sudah sampaikan ke Kepala Dinas Pasar untuk segera lakukan pengundian, agar Desember pedagang sduah bisa menempati kios barunya. Dan mereka korban kebakaran yang diprioritaskan dalam hal ini,” ujar wawali. (*)

Cara Memotong Unggas Berdasarkan Syariat Islam

17 Penjagal Ayam Ikut Pelatihan


BALIKPAPAN--Dinas Pertanian (Diptan) Subdin Kehewanan dan Peternakan bersama Majelis Ulama Indonesia pada Selasa (18/11) menggelar pelatihan bagi 17 penjagal ayam yang ada di Balikpapan. Kegiatan pelatihan yang dilangsungkan di sekretariat sementara MUI yakni Badan Amil Zakat (BAZ) tersebut merupakan tindak lanjut hasil inspeksi mendadak (sidak) yang dilakukan saat Ramadan lalu. Dari hasil sidak diketahui jika sejumlah penjagal tidak memahami cara memotong ayam berdasarkan syariat Islam. Dalam pelatihan sehari itulah, penjagal diberikan pemahaman soal cara yang benar memotong ayam baik dari sisi kesehatan maupun syariat Islam.
“Cara memotong ayam haruslah HAUS, singkatan dari Halal, Aman, Utuh, Sehat,“ ujar Kasi Kesehatan Masyarakat Veteriner (Kesmavet), Drh Noorlenawati.
Dia menjelaskan, Halal adalah tidak bersentuhan dengan barang atau zat yang diharamkan, semisal kandang babi. Aman, tidak membahayakan seperti mengandung kotoran yakni debu, bulu, rambut dan pecahan gelas. Juga secara biologi tidak mengandung virus, bakteri dan parasit. Dari segi kimia tidak mengandung pestisida, logam berat dan racun. Utuh artinya murni. Tidak dikurangi atau ditambahi zat apapun.
“Sehat, si ayam dalam kondisi baik, tanpa pewarna, daging dan pori-pori bulu putih bersih, agak mengkilap, dan tidak berbau. Dada dan paha kenyal. Pembuluh darah dileher dan sayap bersih tidak terdapat darah. Jadi kalau ada yang suntik ayam, itu salah pak. Air itu ada kumannya dan daging jadi lekas busuk,“ papar Noorlenawati.
Lebih jauh, wanita berjilbab ini menuturkan, Rumah Pemotongan Ayam (RPA), seyogianya dilengkapi sarana membersihkan pisau, berisi larutan desinfektan, lodofor atau air panas. Untuk penjagal berakal sehat jasmani dan rohani. Syarat lainnya antara lain baju bersih, mengenakan tutup kepala, serta mencuci tangan.
“Hal penting segera potong ayam, bulu disingkirkan dan tidak boleh meniup daging (daging disuntik, Red),“ tegasnya.
Sementara itu, Ketua Komisi Fatwa MUI Kota Balikpapan Djailani Mawardi yang didaulat sebagai pembicara, lebih menekankan kepada rukun dan sunah penyembelihan. Dirinya menyampaikan, ada lima rukun penyembelihan dan empat sunah dalam menyembelih (selengkapnya lihat boks, Red).
“Seorang pedagang akan mendapat pahala apabila cara jual belinya sesuai dengan ketentuan Islam, bahkan rasulullah SAW. Demikian halnya dengan para penjagal, mereka akan mendapat nilai ibadah dari yang mereka kerjakan itu. Karena melayani kepentingan masyarakat atau ummat dengan syarat memenuhi ketentuan syariat Islam,” ujarnya meniru salah satu Firman Allah SWT.
Sebaliknya, jika mengabaikan dan melawan ketentuan syariat, lanjutnya, akan mereka para penjagal akan gagal dari ibadah bahkan menjadi Maksiat (Durhaka kepada Allah SWT) dosa dan akan mendapatkan laknat.
Djailani Mawardi juga mengingatkan, untuk pemotongan tenggorokan dan kerongkongan, itu tidak boleh dua kali. Namun untuk pemotongan urat nadi itu diperbolehkan.
Satu lagi pembicara dari Komisi Fatwa MUI H Nashirul Haq Lc MA. Dirinya membeberkan, ada anggapan bahwa bangkai ayam itu sah dikonsumsi. Dengan dalih menjadi mubazir, dan mubazir adalah kawannya setan. Padahal, lanjutnya, mengonsumsi bangkai ayam (ayam mati sendiri tanpa dipotong) itu adalah tidak sah. Alasan kuat, bangkai mendatangkan penyakit karena terkandung mubarok didalamnya.
“Penyembelihan belum sempurna, kemudian meninggalkan dengan alasan yang kuat, jika tempo waktu singkat hitungan beberapa menit kemudian dilanjutkan, itu boleh dilakukan. Namun, jika ditinggal hingga mencapai satu jam, itu sama saja sudah menyiksa hewan dan tidak diperbolehkan,“ ulasnya seraya menambahkan anggapan itu oleh sebagian ulama mengatakan penyembelihan belum sempurna, sehingga tidak layak lagi untuk dilanjutkan.
Masih di tempat yang sama Sekretaris MUI Drs H M Jailani menjelaskan, penjagal yang ikut pelatihan tidak pulang dengan tangan kosong. Para penjagal ayam itu, akan mendapatkan sertifikat dan badge. Juga baju seragam yang menunjukan bahwa mereka adalah penjagal ayam potong yang resmi dan telah mendapatkan sertifikat dari MUI.
“Sertifikat dan badge sedang kami proses. Tadi mereka sudah kami foto. Kira-kira satu minggu lah sertifikat dan badge nama itu bisa diambil,“ imbuh Jailani. (*)

Proses/prosedur menyembelih:
1. Doa Bismillahi Allahu Akbar
2. Memutuskan jalan nafas, jalan makanan, jalan darah dengan sekali gerakan, tanpa mengangkat pisau dari leher dan tidak langsung memisahkan kepala.
3. Pisau dibersihkan setiap lima menit atau saat pisau kotor.
4. Celupkan kedalam air panas pada suhu 70-80 derajat. Biarkan 1-2 menit. Ini merupakan proses memanaskan kulit agar bulu ayam mudah dicabut.
5. Setelah cabut bulu, potong kepala, leher, ceker dan keluarkan jeroan
6. Pencucian cepat, air bersih dan tidak terlalu dingin. Pencucian dilakukan dengan menyemprot karkas dengan keras.
Sumber: Diptan Balikpapan

Rukun Penyembelihan:
1. Harus beragama Islam.
2. Menyebut Nama Allah yaitu dengan membaca Bismillahi Allahu Akbar.
3. Hewan yang disembelih halal dimakan.
4. Menggunakan alat (pisau, parang, dsb).
5. Pelaksanaan penyembelihan memutuskan kerongkongan dan tenggorokan dan memutuskan urat tempat saluran makan dan minum.
Sumber: MUI Balikpapan

Sunah-sunah Menyembelih:
1. Menyelembih dengan pisau tajam.
2. Menghadapkan hewan yang disembelih ke arah kiblat.
3. Orang yang menyembelih menghadap arah kiblat.
4. membaca sholawat kepada nabi Muhammad SAW
Sumber: MUI Balikpapan






Biaya Hidup di Kota Minyak Terus Meningkat



Bulan Mei Rp 3,2 Juta, September Jadi Rp 3,7 Juta

BALIKPAPAN--Krisis keuangan yang terjadi di Amerika Serikat turut mempengaruhi perekonomian masyarakat Indonesia termasuk di Kota Minyak. Inflasi (gejala kenaikan harga secara umum) tinggi, kemampuan memenuhi kebutuhan menjadi berkurang. Hal itu bukan semata terjadi pada sektor keuangan riil, nilai rupiah pun ikut terpengaruh. Bukan hanya pemerintah, pelaku industri dalam negeri yang mengandalkan produk impor untuk modal, komponen dan bahan baku juga kena imbas.
Kepala Seksi Integrasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik Badan Pusat Statistik (Kasi IPDS BPS) Kota Balikpapan, Agung Nugroho S ST mengatakan, perbedaan sedikit mencolok terlihat dari rata-rata pengeluaran untuk biaya hidup masyarakat Balikpapan. Dilihat dari segi pendapatan, pada tahun 2006, masyarakat Balikpapan yang berpenghasilan dibawah Rp 1499.999, mengeluarkan biaya hidup dalam sebulan sebesar Rp 135.083. Memasuki tahun 2007 meningkat menjadi Rp 142.328, sehingga mengalami peningkatan sebesar Rp 7.245 (selengkapnya lihat boks, Red).
“Berpenghasilan diatas Rp 600 ribu yang paling besar pengeluarannya. Pada tahun 2006, rata-rata pengeluaran Rp 1.085.115. Tahun 2007 meningkat menjadi Rp 1.107.262, sehingga mengalami peningkatan Rp 2192.377,“ sebut Agung.
Jika tadi secara rinci pengeluaran biaya hidup berdasarkan pendapatan, maka memasuki tahun 2008, BPS telah mengkalkulasikan biaya hidup keseluruhan masayarakat Balikpapan. Disebutkannya, pada Mei 2008, dalam kategori biaya hidup terbesar, Balikpapan masuk dalam peringkat ke-8 yakni Rp 3,22 juta perbulan. Biaya terbesar adalah Jakarta yakni Rp 4,3 juta menyusul Aceh Rp 3,8 juta dan Jayapura Rp 3,70 juta. Rata-rata pengeluaran biaya hidup tersebut, tambahnya, untuk empat orang.
“Skala Nasional, kita urutan ke-8. Tapi regional Kalimantan, kita nomor satu,“ tambahnya seraya menyebutkan posisi kedua adalah Pontianak dengan rata-rata Rp 3,03 Juta, menyusul Samarinda Rp 3,02, Sampit 2,65 dan Palangkaraya 2,61.
Bulan Mei, krisis yang diduga akibat anjloknya saham karena terlalu jor-joran kredit perumahan tersebut telah terasa. Ditambah lagi dengan kenaikan harga BBM, kebutuhan hidup pun semakin meningkat. Ini bisa dibuktikan dengan terus meningkatnya kebutuhan hidup dari bulan kebulan.
Data terakhir BPS Kota Balikpapan, lanjutnya, pada September 2008, biaya hidup empat orang masyarakat Balikpapan, melonjak hingga mencapai Rp 3,762 juta. Dengan laju inflasi selama bulan September 0,43 persen. Namun lonjakan ini, membuat posisi Balikpapan yang tadinya urutan ke-8 nasional, melorot jadi urutan 16. Sementara posisi pertama tetap pada biaya hidup di Jakarta yakni Rp 5,641 juta, menyusul Jayapura Rp 4,98 juta dan Aceh Rp 4,92.
Angka tersebut diatas menunjukan, betapa semakin meningkatnya biaya hidup. Sehingga masyarakat kecil menjadi semakin terpuruk. Untung saja, Pemkot Balikpapan telah menyediakan anggaran khusus untuk keluarga miskin (gakin). Sebesar 2,5 persen dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Kota Balikpapan itu dibelanjakan untuk kesejahteraan gakin. (*)

Rata-rata Pengeluaran Sebulan Menurut Golongan Pengeluaran 2007

Golongan Pengeluaran Perkapita Perbulan Rata-rata Pengeluaran
<>Rp 150.000 – Rp 199.999 Rp 177.452,19
Rp 200.000 – Rp 299.999 Rp 263.371,46
Rp 300.000 – Rp 399.999 Rp 348.565,66
Rp 400.000 – Rp 499.999 Rp 448.539,39
Rp 500.000 – Rp 599.999 Rp 544.986,74
Rp 600.000 + Rp 1.107.262,98


Rata-rata Pengeluaran Sebulan Menurut Golongan Pengeluaran 2006

Golongan Pengeluaran Perkapita Perbulan Rata-rata Pengeluaran
<>Rp 150.000 – Rp 199.999 Rp 173.769,20
Rp 200.000 – Rp 299.999 Rp 258.716,66
Rp 300.000 – Rp 399.999 Rp 352.138,36
Rp 400.000 – Rp 499.999 Rp 448.521,54
Rp 500.000 – Rp 599.999 Rp 550.313,23
Rp 600.000 + Rp 1.085.115,74

Sumber: BPS Kota Balikpapan






Senin, September 29, 2008

Suka Pakai Jilbab, Bocah Bersisik Hafal Doa Makan

Saat aku menyambangi rumah Hj Rohana, orangtua angkat Amanda di Gang Sepakat RT 47 Manggar, bocah bersisik itu sedang tidak di rumah. Amanda sedang asik bermain di rumah tetangga dan langsung pulang ke rumah saat Rohana berteriak memanggilnya dari jendela rumah dari jendela belakang.
Amanda sepertinya sedikit heran melihat ada banyak orang berdiri di teras rumahnya. Memang, kali ini Post Metro hadir bersama rombongan dari Badan Amil Zakat (BAZ) dan Bukit Damai Indah (BDI). Tujuannya adalah berbagi paket ceria dengan Amanda.
“Ma...mama... itu ada olang datang ma...,“ teriak Amanda saat tiba di rumah dan langsung masuk memanggil Rohana yang dianggapnya sebagai ibu kandungnya. Tentu saja setelah melepas kedua alas kakinya di depan pintu. Tergopoh-gopoh Rohana keluar dan mempersilakan rombongan ini masuk kekediamannya.
Amanda tampaknya semakin cerdas. Saat dimintai mengucapkan doa, dengan cepat ia mengucapkan doa makan. Lucu dan mengharukan. Ditengah kondisi fisik yang sedari lahir tanpa pori-pori kulit, ia dengan lancar mengucapkan doa, yang tentu saja sesuai ciri khas bocah usia tiga tahun.
“Allohumma baalik lanaa, fiima lozaqtanaa waqinaa adzabannaal...,“ ucap Amanda kemudian mengusapkan kedua telapak tangannya ke wajahnya. Sontak membuat semua yang hadir semakin merasa terharu dan kagum dengan Amanda.
“Ayo baca doa lagi. Coba baca doa mau tidur. Biar dapat hadiah dari ibu-ibunya,” rayu Rohanah yang duduk di samping Amanda.
Bocah yang terancam buta karena rentan mengalami iritasi mata itu sepertinya sangat menyayangi Rohana. Saat ditanya, dimana ibu kandungnya, dengan polos Amanda menjawab ibunya telah lari dengan orang. Dimana ayah, ditanya begitu, ia menjawab di penjara karena nakal. Rohana sendiri mengatakan, jika si ayah keluar dari tahanan, bocah itu enggan ikut ayah. Amanda juga tidak mau ikut dengan Ibunya yang telah tega meninggalkannya sedemikian lama.
“Sudah satu tahun ia tidak bertemu ibunya. Pernah ibunya nelpon katanya lagi di Penajam. Anaknya juga ga mau. Ya sudah lah, saya juga bisa menjaga Amanda,” ujar Rohana sembari tersenyum menatap Amanda.
Ekspresi dan raut wajah Amanda selalu datar. Ia tidak bisa tersenyum atau tertawa lebar. Karena memang kulitnya seperti beku dan kaku, sehingga sulit digerakkan oleh otot-otot urat saraf. Tapi dari sikap Amanda yang acuh menunjukan bahwa ia senang dikunjungi. Itu bisa dilihat dari tatapan kedua matanya.
Bisa juga perilaku riang Amanda karena ia baru saja dihadiahi Handphone (HP). Eits, bukan HP beneran, tapi mainan yang bentuknya menyerupai HP, dan bisa mengeluarkan melodi jika ditekan tombol-tombolnya. HP itu nyaris selalu tergantung di lehernya. Saat ditanya Amanda mau menghubungi siapa? Ia hanya menatap lugu media ini kemudian tersipu malu.
“Kira-kira satu minggu lalu saya ke DKK, terus dikasih obat dan uang untuk Amanda. Saya belikan mainan itu. Senang dia itu,“ ucap ibu yang sore itu berbalut daster panjang dengan rambut tertutup topi haji berwarna pink.
Keceriaan terpancar di kedua bola mata bocah mungil itu kembali terlihat saat Sinta, staf BAZ, menghadiahinya sepasang busana muslim. Busana itu berwarna soft pink. Amanda pun terlihat manis saat Sinta memasangkan jilbab kemudian merapatkan baju itu ke badan Amanda. Saat jilbab hendak dilepas, Amanda ngotot tidak mau melepasnya. Sepertinya ia menyukai hadiah itu. Padahal yang dikhawatirkan ia akan merasa gerah dan kepanasan karena kulitnya tidak mampu menyerap keringat.
“Telimakacih ya bu…,” ucap Amanda tersipu sambil terus memainkan ujung jilbab yang ia kenakan.
Disamping Paket Ceria Ramadan (PCR) dan busana muslim, Amanda juga mendapatkan santunan. Badrus staf BAZ, menyerahkan dana santunan itu lewat Rohanah. Ia menyampaikan dana santunan itu untuk menjaga kesehatan Amanda sembari menunggu saatnya Amanda diboyong ke Jakarta Eye Center (JEC) untuk mengoperasi kelopak mata. Operasi yang belum bisa dipastikan kapan, lantaran kulit paha Amanda yang rencananya dipakai untuk transpalasi kulit itu masih bersisik, sehingga tidak mungkin digunakan untuk kelopak mata. (*)








Puasanya Kaum Dhuafa di Kota Madinatul Iman

SEANDAINYA diminta memilih, Sanibah lebih memilih setiap bulan adalah bulan Ramadan. Menurut gakin RT 07 Batu Ampar ini, puasa atau tidak, lambungnya juga jarang terisi nasi. Selain keadan yang membuat demikian, lanjut usia (lansia) yang tercatat sebagai warga miskin (gakin) ini mendapati kelainan di tenggorokan jika menelan suatu jenis makanan yang tidak dapat diterima tenggorokannya.
Sanibah tidak bisa mengkonsumsi makanan yang mengandung minyak dan santan. Kalau pun ada tetangga yang mendermakan makanan yang mengandung dua hal diatas, Sanibah yang kini berusia 60 tahun itu sekadar mencicipi. Selebihnya dikonsumsi suaminya Laode (63) dan dua anak angkatnya Pardiansyah (16) dan Yuliani (7). Sanibah hanya mampu mengkonsumsi rebus-rebusan saja.
“Sama aja. Biar ga puasa sehari cuma sekali atau dua kali makan. Puasa aku makan pas sahur aja satu sendok. Trus minum air banyak. Kalau buka makan biasa, itu juga nasinya sedikit,“ tutur Sanibah.
Pada umumnya, menjelang buka puasa, umat muslim menyiapkan hidangan buka puasa yang menggiurkan. Apalagi mereka berasal dari kalangan elite, hidangan terbaik dengan ragam menu lah yang disajikan. Tentu saja sebagai gakin, menyajikan hidangan berbuka yang lezat hanya sebatas mimpi bagi Sanibah. Hanya cukup satu menu, nasi dan air putih aja. Sedikit berbeda lah dengan suami dan anak-anaknya. Terkadang mereka mencampur air putih dengan gula. Agar air terasa manis, dan tubuh tetap bertenaga karena kandungan koarbohidrat pada gula, sehingga tetap fit menjalankan ibadah puasa.
Kondisi Sanibah saat disanggong Post Metro kemarin, sudah lebih baik dibanding terakhir kali bertemu. Sekira satu setengah bulan yang lalu, lansia yang dikaruniai empat anak dan telah berkeluarga itu terlihat susah sekali berbicara. Suaranya berat dan terputus-putus. Terkadang hanya bisikan berat yang terdengar ketika ia hendak mengatakan sesuatu. Kini pemandangan itu berangsur-angsur membaik. Sejak lima hari lalu, lansia berdarah Bugis ini rutin minum jamu tradisional. Jamu itu diberikan oleh anak angkatnya yang menetap di Somber, yang tidak begitu jauh dari kediamannya.
Yang namanya jamu, pasti rasanya pahit dan tidak enak. Untuk Jamu Cap Putri Sakti dalam kemasan botol kaca satu liter, yakni jamu yang ia konsumsi ini, rasanya pahit dan agak sedikit pedas. Kendati setelah minum jamu yang berkhasiat mengobati asam urat dan rematik itu langsug disorong dengan air, tetap saja rasa pahit itu ada dan lama menghilang. Namun, lansia ini amat bersyukur karena gurah yang selama ini menganjal di kerongkongannya berangsur-angsur berkurang. Sehingga ia mulai terlihat enak berbicara.
“Aku minumnya sedikit aja. Seperempat gelas kecil dua kali sehari. Sejak minum ini sudah nak, sedikit enak ini tenggorokanku. Ini tinggal setengah lagi,“ kisahnya sembari menunjukkan jamu yang ia maksud.
Sanibah juga tau benar, bulan Ramadan adalah bulan penuh ampunan dan barokah. Jika asmanya tidak kambuh, lansia dengan berat badan 29 kg ini rajin salat ke masjid. Tetapi, jika penyakit sesak itu kambuh, ia sungguh tidak mampu lagi. Terutama saat melaksanakan sujud. Ia takut saat itu ia tidak dapat bangkit kembali untuk selama-lamanya.
“Kalau longgar berinak (nafas) baru salat nak. Ngaji juga jarang, karena tarik nafas susah nak,“ keluhnya.
Jika rasa ngilu dibadan menyerang, Sanibah mengobatinya sendiri. Oleskan minyak kayu putih di pundak, kemudian melakukan pijatan-pijatan kecil semampunya. Tak jarang airmatanya berlinang karena tidak kuasa menahan rasa sakit itu. Lain halnya jika ada Yuliani, ia merasa sedikit terbantu. Sementara La ode sibuk mencari nafkah sebagai pemulung dan dibantu Pardiansyah mengutipi sampah di rumah-rumah RT 07 usai pulang sekolah. (*)





Senin, September 22, 2008

Doa Dibacakan, Girls Berlinang Air Mata


BERTEMPAT di ruang serba guna Gedung Bank Indonesia (BI) Cabang Balikpapan, pada Sabtu (13/9) dihelat kegiatan Pesantren Kilat (Sanlat). Santrinya adalah putra putri perbankan mulai SD hingga SMA yang mana kegiatannya berakhir hari ini. Acaranya dikemas sederhana, semua yang hadir dalam ruangan duduk lesehan sehingga menambah keakraban.
Ustazah Wilda menceritakan satu kisah. Judulnya a glass of water (Segelas Air). Menggunakan Inggris ia mulai bercerita tentang seorang anak bernama Syarifuddin Yahya. Saat masih kecil, Syarifuddin sudah sangat menyayangi kedua orangtuanya. Terlebih lagi kepada Ibu. Berikut kisahnya.
Suatu malam, sang Ibu sangat haus. Ibu pun memanggil Syarifuddin. “Nak, ambilkan minum,“ pinta Ibu. Masih dalam keadaan sedikit mengantuk, Syarifuddin pun pergi ke dapur, mengambilkan segelas air untuk Ibu. Namun apa yang didapatinya? Ternyata si Ibu ketiduran. Apa yang dilakukan si anak? Ternyata Syarifuddin tetap setia menunggu sampai Ibu kembali terbangun. Cukup lama ia duduk dihadapan sang Ibu dengan menggenggam segelas air putih. Saat terbangun sang Ibu kaget seraya berkata, “Subhanallah, apa yang kamu lakukan nak?”, tanya si ibu. Syarifuddin pun menjawab lembut, “Ibu tadi kan minta air minum.” Sang Ibu pun tersenyum dan menatap Syarifuddin dengan penuh kasih sayang.
“Nah, bagaimana dengan anak-anak Ibu Wilda ya? Sudah kah belum? Kalau disuruh langsung ah ih huhh, terus mengeluh Ibu ini nyuruh terus?,” tanya Wilda dihadapan santri yang sepertinya masih terhanyut dengan kisah Segelas Air itu.
Kegiatan Sanlat 1429 H putra putri perbankan tersebut bertema Peningkatan Pemahaman Ajaran Islam bagi anak-anak. Sebanyak 203 santri terdiri dari 120 santri laki-laki dan 83 santri perempuan. Saat tampil, ia juga sering melontarkan kalimat dalam bahasa Inggris. Sekalian melatih anak-anak mengucapkan bahasa internasional dunia itu. Kepada santri putra ia memanggil boys, sementara santri putri ia memanggil girls.
Sebelum bercerita, Wilda yang hadir untuk mengetahui psikologi peserta memberi sejumlah psikotest. Seperti mengajak peserta untuk membentuk ulat. Sebanyak lima boys tampil kedepan tanpa ditunjuk. Dalam hitungan satu sampai sepuluh boys itu diminta memikirkan bagaimana membentuk seekor ulat. Dan ternyata mereka berhasil. Boy paling depan seolah sujud, disusul teman lainnya ‘ngekor’ dibelakang sembari kedua tangan mereka memegang pinggul teman didepan. Selanjutnya mereka merangkak kedepan dengan pelan layaknya seekor ulat. Aksi lima boys ini mendapat tepuk tangan meriah dari semua yang hadir.
Kembali Wilda memberi psikotest untuk girls. Namanya cewek kesannya malu-malu. Akhirnya Wilda menunjuk enam diantara 83 peserta. Kepada girls, Wilda meminta mereka membentuk kepompong. Setelah dihitung peserta satu sampai sepuluh, ternyata girls malah membentuk ulat. Karena salah, Wilda kembali meminta enam boys tampil kedepan. Ternyata boys itu berhasil. Dua orang jongkok, sementara empat lainnya membentuk lingkaran mengelilingi yang jongkok lagi. Kembali santri boys mendapat aplaus dari peserta dan Wilda.
“Memang pada dasarnya anak laki-laki itu ide-ide untuk berkreativitas itu lebih besar dibanding perempuan. Tapi kalian tadi sudah bagus,” ujar wanita berjilbab besar itu, seraya mempersilakan boys dan girls kembali ketempat.
Setelah puas bermain, Wilda mengajak peserta doa bersama. Peserta dituntun untuk duduk yang tegak, tangan diatas paha, kepala tertunduk dengan mata yang terpejam. Peserta diajak untuk merenungkan segala hal yang mereka alami dan yang mereka lakukan. Doa-doa yang dipanjatkan Wilda benar-benar menyentuh perasaan. Doa yang cukup panjang dengan isi pengakuan dosa, permohonan maaf kepada Allah SWT dan harapan untuk berubah lebih baik membuat sejumlah girls tidak kuasa menahan tangis. Kemudian menutup mata mereka dengan kedua tangan dan ada pula yang menggunakan kain kerudung.
Usai renungan dan doa, sebelum kelas Wilda ditutup, kembali dipanggil dua peserta yang terdiri dari satu boy dan satu girl untuk dimintai komentar. Adalah Ade, saat tampil kedepan, ia tidak mampu berkata karena sesak menahan luapan tangis. Dengan terbata-bata ia mengaku jarang membaca Alquran dan berjanji akan mengubah sikap dan menjadi anak yang berbakti kepada kedua orangtua.
“Insya Allah saya mau berubah. Ga mau pemarah lagi sama orangtua,” janji Ade seraya memeluk Wilda.







Ibu-ibu Senang Ustad Arifin Saat Dzikir


MASJID Istiqomah, yang biasa tampak lenggang, Selasa (16/9) mendekati Asar, masjid itu berubah menjadi padat dan ramai. Kaum muslimin dan muslimat di Balikpapan dengan balutan busana muslim anggun terlihat berdatangan satu-persatu. Terlihat pula di teras depan masjid, terjejer meja panjang secara vertikal berhadapan. Terlihat beberapa wanita dan pria, yang mengenakan busana seragam berdiri dibalik meja itu. Diatas meja panjang berlapis taplak batik itu, tersusun rapi takjil yang akan dibagikan kepada mereka yang menyambangi Masjid Istiqomah. Takjil sebelah kiri untuk akhwat, takjil sebelah kanan untuk ikhwan.
Masjid Istiqomah sendiri, sejak Ramadan memang rutin mengadakan tausiah, dengan menghadirkan penceramah asal Balikpapan. Namun kemarin, Masjid yang berada di lapangan merdeka itu kedatangan tamu istimewa, yaitu ustad kondang Muhammad Arifin Ilham. Kehadiran pendakwah yang sering muncul dilayar TV itu sontak membuat suasana Masjid Istiqomah menjadi hidup.
“Mana sih ustad Arifin (Sapaan akrab Muhammad Arifin Ilham, red)? Aduh ga keliatan lagi…” sedikit penasaran, seorang Ibu yang duduk tepat dibelakang pintu masuk masjid celingak celinguk menintip kearah dalam. Memang, sangkin ramainya pengunjung, untuk ikhwan, tempatnya di ruang salat dan akhwat diluar ruang salat hingga memadati ruang serbaguna Masjid Istiqomah.
Ada yang seorang diri, ada yang bersama keluarga, ada pula dari sejumlah perkumpulan pengajian yang tersugesti untuk ikut mendengar tausiah dari pria pendiri Majelis Dzikir Az-Zikra itu.
“Yang saya senangi dari ustad Arifin ini saat menyampaikan dzikir. Itu yang paling dominan. Tapi ceramah beliau juga menarik,” puji Saibah yang pernah mengikuti dzikir bersama ustad Arifin di Masjid Ataqwa masih ditahun 2008 ini.
Warga Jalan Prapatan Dalam itu mengaku, selama memasuki Ramadan, baru ini ia menginjakkan kaki di Masjid Istiqomah. Staff Organisasi Tata Laksana (Ortal) Pemkot Balikpapan ini rela sepulang dari kantor sekira pukul 15.00 Wita, langsung meluncur ke Masjid Istiqomah seorang diri.
Jika Saibah seorang diri, Niar, warga perumahan Graha Indah Batu Ampar memboyong 10 rekan se-pengajiannya untuk ikut mendengarkan tausiah pria kelahiran 8 Juni 1969. Nama pengajiannya adalah Miftahul Jannah. Demi mendapatkan posisi terdepan, pengajian ini pun melaksanakan salat Ashar di Masjid Istiqomah. Padahal dijadwalkan acara tausiah itu dimulai pukul 16.00 Wita.
Niar dan rekan-rekannya menuturkan, sosok ustad Arifin cukup piawai dalam memberikan ceramah rohani. Namun lebih piawai lagi saat memimpin dzikir. Saat diajak dzikir bersama, kalimat-kalimat suci yang dilontarkan ayah tiga anak itu mampu menggugah perasaan dan menyentuh hati para makmum. Itu dirasakan mereka saat juga saat mengkuti dzikir bersama di Masjid Ataqwa.
Tutur bahasa yang santun dengan penyampaian yang sederhana, tidak salah jika ustad Arifin menjadi ustad idola pengajian Miftahul Jannah ini. Seandainya sore itu ada kesempatan, pengajian yang aktif rebana ini juga ingin foto bareng ustad Arifin. Namun keinginan itu langsung pupus saat panitia mengatakan ustad arifin tidak mau batal wudhu.
“Kharismanya itu boleh lah. Beliau sosok ustad yang santun dengan dzikir yang selalu kena dihati. Di Balikpapan sekarang ini sering dilanda musibah, jadi kita perlu dzikir bersama dengan dipimpin oleh ustad lokal. Tapi kalau bisa ustad Arifin dipanggil lagi,“ ujar Niar sembari menambahkan pengajiannya lebih suka ustad santun daripada ustad gaul.
Sementara itu, dalam penyampaian tausiah berjudul Iman dan Ikhtiar Untuk Mencari Ridho Allah SWT, ustad Arifin lebih menekankan tentang arti Ramadan. Dikatakannya, datangnya Ramadan seyogyanya membangun kesadaran dan membangkitkan selera ibadah.
“Ramadan itu berasal dari kata romdon yang artinya pembakaran. Sesuatu yang dibakar ada yang bermanfaat, ada juga yang untuk kebersihan,” jelasnya.
Dalam tausiah berdurasi sekira 45 menit itu, ia mencontohkan, sampah yang dibakar tujuannya agar lingkungan menjadi bersih. Sementara besi yang dibakar bisa menjadi pisau yang bermanfaat untuk dapur. Demikian juga dengan manusia. Lanjutnya, bulan Ramadan yang diberi selama satu bulan itu dilakukan pembakaran yang baik. Karena Allah SWT ingin mencetak orang beriman pribadi kepada-Nya.
Lanjut pria yang masa kecilnya dihabiskan di Banjarmasin ini, datangnya Ramadan untuk membakar dosa-dosa umat Islam ini patut disyukuri. Kalau tidak datang bulan suci itu, umat muslim tidak bisa membersihkan dosa, takabur, rencana busuk dan pikiran jahat.
“Jangankan 11 bulan, sehari pun kita banyak dosa. Janganlah kita merasa paling suci. Sujudkan kepala yang mulia ini sejajar dengan telapak kaki,“ ucapnya penuh hikmat.

Minggu, Agustus 17, 2008

Siti Djahrah, Gerilyawan Wanita Yang Enggan Tinggalkan Rumah Dinas Berjalan Tanpa Alas Kaki, Jemput Pistol Revolver

Nama lengkapnya Siti Dzahrah. Zaman revolusi, diusianya yang masih muda, ia dipercaya membawa surat rahasia dan tergabung dalam ekstrimisme. Kini, pejuang RI asal Banjarmasin ini lebih memilih tinggal sendiri ditempat penuh kenangan semasa suami hidup.


GERILYAWAN kelahiran Kampung Walang 25 Januari 1930 ini cukup ramah menyambut kedatangan media ini, Rabu (13/8), meskipun datangnya lewat pintu belakang. Bergegas ia membungkus nasi yang tersisa sedikit itu, kemudian memasukkannya kedalam tudung saji. Tentu saja setelah mempersilakan aku masuk kerumah yang beralamat Jalan Mangga RT 24 Nomor 24 Mekar Sari itu.
“Beginilah. Duduk, seperti anak-anak kembali. Setiap hari makan, kalau capek tidur, salat. Salat itu kadang duduk kadang baring. Kada kuat kaki nenek. Mau nonton kada bisa melihat juga,” Siti Dzahrah langsung menyampaikan keluh kesahnya.
Siang itu, pejuang veteran asal Banjrmasin ini mengenakan daster berwarna merah hati yang dibalut lagi dengan kebaya yang warnanya sudah usang dimakan usia. Mengenakan kacamata tebal berbingkai hitam, guratan di wajah, kulit yang bergelambir dengan rambut putih, menunjukan usianya sudah lebih dari setengah abad.
Pemilik sapaan akrab Djah ini adalah satu dari sekian pejuang wanita sebagai ekstrimis di era revolusi tahun 1945 hingga 1949. Satu yang paling berkesan dalam ingatan wanita usia 78 tahun ini adalah, dimana ia bersama satu rekan bernama Saasiyah dipercayakan mengantar surat rahasia dengan misi menjemput pistol. Kala itu ia masih berusia 17 tahun.
“Bahari (dulu) kalau ga salah tahun 1947, jumat jam 10.00 Wita aku pegi. Aku pas dikelas. Jadi bilang sama guru, izin ada risalah na. Dikasi..,“ tutur ibu delapan anak ini.
Djah menjelaskan. Saat itu pria bernama Hami yang juga masih satu keluarga dengannya memutuskan hengkang dari keprajuritan Belanda. Hami memilih kembali bergabung dalam ekstrimis dan membawa lari satu pucuk senjata api atau biasa disebut pistol revolver. Djah tidak tau bagaimana bisa senjata itu kemudian pindah tangan, sehingga Hami menugaskannya untuk menjemput kembali sejata itu.
Mengenakan kebaya dengan selendang menggelantung dipundak, tanpa alas kaki, ia bersama Saasiyah menyusuri jalan dari hutan ke hutan yang berbukit-bukit. Melawan derasnya arus sungai tapin yang kedalamannya hingga dada mereka. Surat rahasia yang ditulis dengan kode revolusi itu pun dia simpan rapi di tas selempang berbahan dasar kain. Tentu saja saat melewati sungai, tas itu dijunjung tinggi agar tidak basah. Hingga akhirnya sampai ditempat tujuan, menyerahkan surat rahasia berisi perintah pengambilan pistol tadi kepada sudu gapar, si peranakan cina.
“Dari Kampung Walang ke Bitahan jaraknya 40 km. Pistolnya di tempat peranakan cina,” urai nenek 13 cucu ini sembari menambahkan ia kembali tiba di Kampung Walang pukul 15.00 Wita.
Jumat itu benar-benar terasa panjang. Setelah mengantar pistol dan tiba dirumah, baru saja hendak menyantap makan siang, deru suara mobil perang terdengar. Sejumlah pasukan tentara belanda mengepung rumah warga di Jalan Margasari itu. Tujuannya mencari gerilyawan perintis kemerdekaan laki-laki. Mendengar itu, anak pertama dari enam bersaudara ini segera memberitahu ayahnya untuk lari lewat pintu belakang. Dan tinggallah dia seorang diri didalam rumah. Tentara itu dengan garang menelurkan tembakan-tembakan ke langit-langit rumah dan berteriak lantang agar si penghuni rumah segera keluar.
“Waktu itu ada tiga kami wanita. Saya bilang orang laki ga ada, kerja di sawah tuan. Ditanya saya sudah belaki kah. Saya bilang, saya belum belaki tuan,” kenang nenek yang pernah menimba ilmu di sekolah agama normal islam.
Di era 50-an, hingga akhirnya ia memutuskan hijrah ke Balikpapan dan ikut dalam seleksi penerimaan pegawai penerangan di Kantor Kotamadya Balikpapan. Kala itu kantornya masih berada di Gunung Sari. Dan ia pun mendapatkan fasilitas rumah dinas, yakni yang ia tempati sekarang ini.
Di kota minyak ini juga ia bertemu pujaan hati Muhammad Basri. Dan sudah takdir Allah SWT, ia rela melepas kepergian Basri untuk selamanya pada 12 Mei 1989. Anak-anaknya telah dewasa dan berumahtangga, sehingga mengharuskan ia tinggal seorang diri di rumah semi permanen itu.
“Pernah diajak sama anakku di manggar, tapi aku sayang rumah ini. Banyak kenangan sama bapak,“ ujarnya sembari menatap foto besar tanpa warna, potret mereka berdua yang terpajang di dinding samping meja makan. (*)








Kamis, Juli 31, 2008

Melihat dari Dekat Kapal Perang Prancis, Vendemiaire


KAPAL perang perang Prancis, Vendemiaire, sejak 30 Juni hingga 3 Juli sandar di Pelabuhan Semayang. Kapal yang mampu mengangkut 93 awak ini masuk ke perairan Balikpapan dalam rangka kunjungan kehormatan. Bagaimana kecanggihan Vendemiaire?

“Kapal perang ini termasuk kapal perusak kawal, berpeluru kendali,” terang Kapten Thierry Arnoult berbahasa Inggris bercampur Prancis. Awalnya aku sempat kesulitan mencari informasi kapal perang Prancis karena penjagaan pihak militer yang sangat ketat. kata penjaga, open sheepnya mulai pukul 09.00 Wita hingga 12.00 Wita. Namun bukan imay namanya kalau langsung menyerah. Setelah berupaya keras, akhirnya aku bisa naik ke atas kapal dan menemui kapten kapal.

“Kapal ini beroperasi sejak tahun 1993. Di dalamnya banyak alat canggih,” kata dia.

Peralatan canggih itu antara lain terletak pada sistem persenjataan. Kapal dengan ukuran 130 x 18 meter ini dilengkapi sonar yang mampu melacak keberadaan kapal selam sekaligus memperhitungkan jarak dan akurasi tembak ke sasaran. Sebagai penangkal serangan kapal selam musuh, Vendemiare dilengkapi dengan sejumlah torpedo. Serangan udara juga mampu dilumpuhkan karena persenjataannya memang dirancang untuk hal tersebut.

“Nama Vendemiaire ini di ambil dari peristiwa revolusi prancis pada tahun 1789. Kita memakai nama ini untuk mengenang jalinan persahabatan pejuang yang tergabung dalam Vendemiaire,“ ungkap Arnoult.

“Misi kami diantaranya mengawasi nelayan ilegal dan perdagangan bebas,“ tambah pria yang telah 11 bulan menjadi kapten Vendemiaire ini.

Lanjut pria berambut pirang ini menjelaskan, kunjungan tahun ini bukan hanya Indonesia. Pria ramah ini mengatakan juga telah melakukan lawatan ke Malaysia, China, Rusia dan Jepang.

“Sebelum Balikpapan, kita mendatangi Dili. Dan tujuan selanjutnya kota Surabaya,“ tambahnya.

Terlepas dari itu, terlihat pula sejumlah aparat menjaga di pintu masuk ke lokasi kapal perang Prancis bersandar. Sugiharto, seorang dari penjaga itu mengatakan sejak masuknya Vendemiaire telah dikerahkan sebanyak enam orang untuk berjaga selama 24 jam. Alasan penjagaan ini, untuk mengantisipasi segala sesuatunya.

“Setiap hari ada enam penjaga yang berasal dari staff intelegent, polisi militer dan personel staff sendiri,” sebut anggota Lanal Balikpapan bagian Fasilitas Dinas (Faslan) ini. Mengomentari kapal perang asal Prancis ini, menurutnya masuk dalam tipe Excoced MK 44, sama seperti kapal perang Indonesia. Hanya bedanya kapal perang Indonesia menggunakan tenaga turbin uap, sedangkan Vendemiaire menggunakan tenaga turbin gas. “Ini bisa dilihat dari cerobong asapnya,” imbuh Sugiharto.

Berbahan bakar solar, jarak tempuh fregate mampu mencapai 12 hingga 18 knot. Kecepatannya memang maksimal 12 mil/jam, tetapi jika urgent bisa sampai 20-30 knot/jam. “Intinya lambat bisa, cepat juga bisa,” tutupnya.(*)

Pintar dan Cerdas Emosional, Kunci Menjadi Anak Berguna

Anak yang belajar dan menunjukkan kepintarannya di sekolah negeri belum tentu ketika dewasa kelak bakal menjadi orang sukses. Sukses tidak semata ditentukan oleh kepintaran otak, melainkan juga kemampuan memanage emosional.


Joko meraung-raung dan menangis sejadi-jadinya, memanggil ibunya yang sedang memasak di dapur. “Mbok..huaaa…huaaa, iku ono telek..(ada kotoran)!! resi i.. resi i(bersihkan),” raung Joko sambil menunjukkan ke pahanya yang ada kotoran ayam, saat sang ibu datang. “Kok iso ono telek ayam le,” tanya ibu yang bernama Sastro ini seraya membersihkan kotoran itu dari paha buah hatinya.
Baru saja beranjak masuk dan akan membersihkan tangan, kembali terdengar rengekan si Joko. Dan dengan tergopoh-gopoh, Sastro kembali menghampiri Joko. “Mbok...baleni..(kembalikan),“ pinta Joko seraya menunjukan kotoran ayam yang telah dibersihkan sang ibu. Sastro dengan sikap sabar dan tenang, memungut kembali kotoran itu dari tanah, kemudian meletakkan kembali ke paha Joko.
Selang beberapa saat ketika melangkahkan kaki menuju rumah, Sastro kembali dikejutkan dengan rengekan Joko, yang kali ini jauh lebih keras. Kali ini, Sastro ingin menangis menahan emosi melihat tingkah laku putra kecilnya. Namun, ia berusaha membendung air matanya, kemudian menuju keluar seraya tersenyum simpul. “huaa...huaaaa..., ora podo! (tidak sama),“ Joko sedikit berontak melihat kotoran ayam yang bentuknya tidak sama dengan sebelum dibuang Sastro.
Menyaksikan itu, Sastro berusaha tenang, untuk tidak menangis dan tidak pula meluapkan kemarahan pada bocah itu. Sastro telah berhasil menjaga mata dan mulutnya. “Eee.. ora podo yo le,” ujar Sastro seraya memandang wajah Joko dengan tatapan penuh kasih sayang. Di usap-usapnya lah punggung Joko seraya berkata,”Le..le cilik cilik wes merintah merintah, koyok jendral. Mugi-mugi, sesuk dadi jenderal yo le,” Dengan halus Sastro bertutur.
Keesokan harinya, kembali Joko membuat pusing Sastro. Pagi itu Joko berlari-lari menuju rumah dengan menggenggam sejumlah timun. Terlihat dibelakangnya seorang pria tua yang berteriak sambil menunjuk si Joko. Rupanya Joko mengambil tanpa izin saat pria tua itu manen timun di kebun. Sukses membujuk Joko untuk kembalikan timun yang dia ambil dan setelah pria tua itu berlalu dan membawa timun yang diambil Joko, Sastro kembali menatap Joko dengan kasih sayang. Kemudian dielus-elusnya lagi punggung Joko seraya berkata “Mugi mugi sesok dadi wong sugih yo le. Ben ga usah nyolong meneh.“
Itulah kisah Joko. Satu kisah yang dengan manis disampaikan Hj Neno Warisman. Kisah yang menggugah dan membangkitkan emosional ratusan hadirin yang memadati Aula BI. Joko kini benar-benar telah menjadi seorang jenderal. Membuat ibunya hidup tenang di alam baka karena sang anak kini telah menjadi orang berhasil.
“Jenderal Joko bilang pada saya, dia bisa jadi jenderal bukan karena pintar. Tapi karena ibunya yang semasih hidup tidak pernah sedikitpun melontarkan kata-kata buruk dari mulutnya. Maka itu, hargailah anak-anak kita,” ujar Hj Titi Widoretno Warisman, lebih akrab dipanggil Neno Warisman..
Penyanyi dan bintang film era 1980-an ini menjadi pembicara tunggal dalam seminar parenting di Aula Bank Indonesia (BI), Sabtu (26/7). Seminar ini dihelat oleh Lembaga Amil Zakat Baitul Maal Hidayatullah (BMH) yang bekerjasama dengan Ikatan Wanita Bank (Iwaba).
Seminar gelaran BMH-Iwaba ini bertema ”Peran orangtua membantu mengembangkan potensi kecerdasan fisik, mental dan sosial anak di era globalisasi”, Neno mengatakan sistem pendidikan terbaik ada di Negara Finlandia, alasannya karena disana tidak ada anak yang tidak naik kelas. Sementara di Jepang, lanjutnya, yang kurang pintar adalah gurunya. Alasannya, guru lah yang memohon kepada murid agar tekun belajar. Dan setelah muridnya berhasil, barulah si guru dikatakan pintar.
“Mari ubah paradigma kita yang menganggap yang pintar adalah anak yang masuk sekolah negeri. Atau anak yang pintar matematika dan logika. Anak yang pintar menyantuni dan peminta maaf, juga memiliki kecerdasan emosional yang pasti jadi anak berguna. Katakan dia punya rangking satu karena taat pada Allah,” ajak Neno Warisman.
Usai seminar, kepada media ini, Ketua Iwaba Nining Causa Iman berujar, ini kali pertama Iwaba bekerja sama dengan BMH. Dan kemarin, selain seminar, juga dilaunchingkan Kencleng Pendidikan Donatur Cilik BMH. Dikatakan Nining, sebelum kencleng ini dilaunchingkan, puteranya telah mensedeqahkan sebagian uang jajannya ke dalam kencleng itu. Kemudian saat penuh kencleng tersebut dikembalikan ke BMH untuk kepentingan sosial.
“Ini pertama kalinya Iwaba kerja sama dengan BMH. Moga-moga seminar ini jadi agenda tahunan kita yang tiap tahunnya. Tentu saja dengan tema yang berbeda,” imbuh Nining didampingi suami, Kepala Cabang Bank Indonesia (BI) Balikpapan Causa Iman Karana.(*)






Jumat, Juli 25, 2008

Renungan di Hari Anak Nasional


Tanggal 23 Juli adalah hari anak nasional. Di usianya, anak seharusnya menghabiskan sebagian besar waktunya belajar di sekolah serta bermain. Nyatanya di Kota Minyak sekalipun, masih banyak anak yang harus bekerja karena tuntutan ekonomi.

Selasa (22/7) pagi suasana Balikpapan berselimut mendung setelah hujan semalam suntuk. Sama seperti beberapa hari sebelumnya akhir-akhir ini. Melongok aktivitas kota Balikpapan diatas dua roda, di simpang empat lampu merah Balikpapan Baru, terlihat segerombolan anak-anak berpakaian lusuh dengan menggendong tumpukan koran. Kulit anak-anak itu berwarna gelap akibat seringnya menantang panas matahari. Rambut mereka tak ubahnya seperti rambut jagung yang kasar dan berwarna kecoklat-coklatan, dan tentu saja merupakan dampak dari penerang langit di siang hari.

Setelah sandarkan motor, yang tidak jauh dari simpang lampu merah, aku mencoba mendekati seorang diantara segerombolan anak-anak penjaja koran. Akibat sejumlah tanda tanya muncul di benak. Apa mereka masih bersekolah, ataukah sudah berhenti. Kenapa diusia belia mereka memilih kerja daripada bermain dan belajar. Seperti apa sih suka duka jadi pekerja anak. Seorang anak itu yang kemudian diketahui bernama Samuk, dengan terbuka menerima kehadiranku. Tentu saja setelah memperkenalkan diri dan menceritakan maksud dan tujuan.

Agak sulit lakukan komunikasi denganya. Matanya terkadang berputar kanan dan kekiri yang sepertinya mencari-cari jika saja ada yang memanggil dirinya untuk beli koran. Sesekali, Asmuk berlalu dari media ini manakala lampu lalu lintas menunjukan warna merah. Satu persatu kendaraan yang berjejer itu ia tawarkan koran dengan menunjukkan halaman utama bagian atas, tetapi korannya dilipat dua sebelumnya, agar lebih mudah digenggam. Sesekali juga ia lari menyeberang jalan, manakala terlihat kendaraan dari seberang sana melambaikan tangan kepadanya. Yang ternyata pemilik kendaraan itu juga berniat membeli koran.

“Aku berenti sekolah pas naik kelas empat SD. Karena ga ada biaya bu,“ ucap anak berusia 13 tahun ini setelah sebelumnya aku mengajaknya menepi disalah satu sudut jalan.

Jual koran sejak dua tahun lalu, tidak jarang ia dan teman-temannya dikejar-kejar Satpol-PP saat gelar razia. Akibat ketakutan luar biasa, kaki berasalkan sendal jepit yang mulai usang itu pun lari menjauh. Sekencang-kencangnya, kemudian sembunyi dibalik rerimbunan pohon yang dia yakini tidak akan bisa ditemukan keberadaannya. Dan keesokan harinya, putera pasangan Lapinggiri dan Warima ini masih tetap jual koran seperti biasa, yakni mulai pukul 07.00 hingga 12.00 Wita.

Demam tinggi pernah ia rasakan, akibat tubuh cekingnya tidak mampu menyesuaikan diri dengan kondisi cuaca yang tidak menentu. Sakit itu menuntun si bungsu dari lima bersaudara ini istirahat selama hampir satu minggu di rumah dan tidak bisa menyetor pendapatan yang biasa ia peroleh mulai Rp 10 ribu hingga Rp 30 ribu perharinya kepada orangtua. Dengan demikian, ia harus istirahat beberapa waktu dari membantu si ayah yang mencari nafkah sebagai buruh bangunan. Sementara ibu hanya sebagai ibu rumah tangga.

Selang beberapa waktu, seorang bocah yang nyata terlihat jauh lebih muda dari Samuk menghampiri dan sepertinya tertarik melihat perbincangan ini. Digendongannya terlihat masih bertumpuk koran-koran. Sepertinya ia baru saja tiba dan akan mulai berjualan koran.

“Ini bu. Masih sekolah. Namanya Mardin,“ tunjuk Samuk kemudian di sambut dengan senyum kecil bocah plontos itu.

Mardin, bocah plontos usia 9 tahun ini mengaku pulang cepat hari itu. sehingga ia bisa ikut jual koran lebih pagi dari biasanya. Mardin tergolong baru bergabung sebagai penjual koran, yakni saat libur kenaikan kelas beberapa waktu lalu. Jual koran pun ia mengakui lantaran di minta oleh ibunya untuk membant si ayah yang kerjanya sebagai buruh bangunan.

“Biar jual koran, aku ga pernah ngantuk di kelas,“ aku pemain olahraga futsal di SDN 013 Gunung Bakaran.

Karena postur tubuh yang mungil, tidak jarang pembeli koran milik mardin ini tidak meminta uang kembalian. Mungkin karena rasa iba melihat anak semuda itu harus ikut menopang hidup keluarga. Padahal Mardin masih punya tugas yang lebih penting lagi, yaitu belajar. Karena ia adalah calon pemimpin bangsa yang dipundaknya lah negara ini akan bersandar. (*)

Sabtu, Juni 14, 2008

Tunas Bangsa: Asmawati dan Arif, Rajin Belajar biar gampang cari kerja.

Penyakit dan Usia Bukan Alasan

Arif dan Asmawati, murid Asah Pena

Dalam dunia pendidikan, motivasi untuk belajar merupakan salah satu hal yang penting. Tanpa motivasi, seseorang tentu tidak akan mendapatkan proses belajar yang baik. Motivasi merupakan langkah awal terjadinya pembelajaran yang baik.

Motivasi mengikuti proses pembelajaran demi meraih harapan dan cita-cita juga dirasakan oleh sejumlah anak usia sekolah yang berlatar belakang keluarga sederhana, bahkan kurang mampu. Keinginan besar mereka untuk memajukan taraf hidup ke arah lebih baik, mengalahkan rasa malu yang sesungguhnya melekat dalam diri mereka akibat faktor ekonomi ataupun usia. Satu yang mereka yakini, adalah tidak ada kata terlambat untuk belajar.

Mereka adalah M Arif dan Asmawati, masing-masing berusia 16 tahun dan 19 tahun. Keduanya adalah murid kelas 3 SMP Asah Pena Mawar 9 Balikpapan dan menetap di Kampung Ajiraden RT 6 Kelurahan Lamaru.

Arif-sapaan akrab M Arif,ia sempat merasakan bangku sekolah di sekolah formal. Sayangnya, akibat penyakit yang ia derita, si bungsu ini terpaksa putus sekolah dan menghabiskan waktu di rumah hanya sekedar membantu ibu di dapur. Saat resmi putus sekolah, sebenarnya Arif ingin bantu bapak ikut mencari ikan di laut, tetapi karena fisik, si bapak yang bekerja sebagai nelayan ini pun tidak mengijinkan.

“Dulu saya sempat merasakan duduk di bangku sekolah SMP. Saat pelajaran olahraga, penyakit jantung saya sering kambuh dan terkadang pingsan. Karena kasihan, bapak nyuruh saya istirahat di rumah, sekalian bantu ibu juga. Saya terpaksa putus sekolah,” pelan Arif menjelaskan saat ditemui media ini di kediamannya belum lama ini.

Sama halnya dengan Asmawati. Di lokasi yang sama, Remaja yang kini tinggal bersama si tante ini juga mengalami putus sekolah saat di bangku SMP akibat sakit anemia yang dideritanya. Dalam kesehariannya sebelum masuk Asah Pena, Asmawati membantu om dan tantenya yang bekerja sebagai penjemur ikan.

Suprapto, Koordinator Asah Pena wilayah Balikpapan Timur mengatakan M Arif dan Asmawati, keduanya adalah murid Asah Pena yang selalu terlihat serius dan tekun dalam belajar. “Saya lihat, semangat Arif dan Asmawati dalam belajar bukan main-main. Saya yakin jika mereka terus giat belajar ditambah lagi motivasi dari kerabat mereka, saya yakin mereka bisa menjadi orang yang berhasil. Sekolah di Asah Pena ini atas kemauan mereka sendiri, tanpa paksaan dari siapapun,” pungkas Wakil Kepala Sekolah SMPN 8 ini.(*)

Senin, Mei 26, 2008

“Kita Ini Tikus Mati di Lumbung”

by: Imay Sembiring

KENAIKAN harga bahan bakar minyak (BBM) tak bisa dihindari lagi. Harga minyak dunia yang kini menyentuh level USD 120 per barrel menjadi penyebab utamanya. Sejumlah pengamat ekonomi menyatakan dukungannya, dengan alasan untuk mengurangi beban APBN. Tetapi pernahkah terfikir yang bakal terjadi dengan kaum dhuafa? Yang begitu kesulitan dalam menafkahi keluarganya? Bukan tidak mungkin akibat mahalnya kebutuhan pokok karena mengikuti kenaikan BBM ini, mereka melakukan segala cara demi. Salah satunya adalah berbuat kriminal.

Seorang terapis di klinik anak berkebutuhan, Nuria Amalianti dengan tegas mengatakan tingkat kriminalitas akibat melonjaknya BBM akan semakin meningkat. Menurutnya, dengan naiknya BBM dibarengi harga kebutuhan yang tinggi, rakyat kecil pun akan merasa terdesak dengan kebutuhan. Sejumlah masyarakat Balikpapan pun angkat bicara.

Masyarakat, khususnya rakyat kecil pasti tidak bisa lagi berfikir secara sehat, karena kebutuhan hidup yang semakin terdesak. Mau tidak mau, mereka harus melakukan perbuatan yang melanggar hukum seperti mencuri bahkan sampai nekat melakukan pembunuhan demi memenuhi yang kebutuhanya yang semakin sulit dicari,” tegasnya.

Cari uang tidak gampang. Dan sekuat-kuatnya iman orang kalau terdesak, ia akan nekat melakukan apa saja. Ini yang seharusnya menjadi pertimbangan pemerintah sebelum menaikkan BBM,” tegasnya lagi.

Pernyataan berbeda, diutarakan Rikha Oktavian. Costumer service Indovision ini mengatakan, jika seandainya kenaikan kebutuhan primer masyarakat juga dibarengi dengan peningkatan tunjangan kerja, angka kriminalitas tidak akan meningkat.

“Saat BBM belum naik, kebutuhan yang lain sudah pasti ikut naik. Kalaupun sekarang di protes, kira-kira di dengar nggak? Kenyataannya surat keputusannya sudah diturunkan. Lebih baik perusahaan membuat kebijakan dengan menaikkan UMR para pekerjanya, agar seimbang. Sehingga mengurangi angka kriminalitas,” katanya.

Satu contoh, lanjut Rikha, di kota Malang, angka kriminalitasnya cukup tinggi. Ini dikarenakan UMR di kota itu hanya Rp 700 ribu. Saking minimnya pemasukan dan tingginya harga kebutuhan pokok, mereka terpaksa mencari sampingan lain.

Sampingan lainnya itu ya mencuri, Mbak. Saat ini kita ibarat tikus mati di lumbung padi,” pungkasnya.

Melihat TPS Yang Unik


Melihat TPS 009 Batu Ampar Yang Unik

by: Imay Sembiring

Jam sudah menunjukkan pukul 07.00 Wita. Udara pagi itu cukup terasa dan terlihat mendukung moment besar tersebut. Beberapa warga di lingkungan RT 11 Batu Ampar tampak berjalan kaki menuju lokasi TPS 009. Tetapi ada juga di antara mereka yang menggunakan sepeda motor.
Tidak sulit menemukan lokasi TPS itu. Hanya butuh waktu dengan berjalan kaki sekira 15 menit dari Kelurahan Batu Ampar. Atau, tidak lebih dari 30 meter masuk ke lokasi TPS dari gapura RT 11 Batu Ampar.
Sebuah bangunan tradisional tampak berdiri kokoh dengan tanaman hias gantung yang memanfaatkan media pot, yang terbuat dari botol plastik di sekitarnya. Dari arsitekturnya, bangunan menyerupai pendopo yang disanggah dengan bambu kuning beratapkan nipah. Ada juga dua bilik yang masing sekira 1 M x 1 M, yang bangunannya juga terdiri dari bambu dan nipah yang dirangkai sendiri oleh warga sekitar. Ada taman dan kolam mini berisikan ikan hias, berikut air mancur didepannya. Tampak beruang madu sedang bergantung manja di salah satu bambu yang ada di taman itu.

Selain TPSnya yang terkesan istimewa, keunikan lain juga terjadi pada seragam yang digunakan tujuh Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS). Untuk melakukan tugas-tugasnya itu, panitia yang dikoordinir oleh Ketua RT 11 Bambang Kustiantoro, mereka tidak mengenakan seragam formal, melainkan pakaian tradisional. Seperti pakaian adat Aceh, Jawa, Batak dan Toraja, menjadikan suasana TPS menjadi terkesan lebih familiar. Suasana kedaerahan dengan multi etnis tergambar jelas di RT peraih juara 3 Lomba taman lingkungan gelaran Post Metro Balikpapan beberapa waktu lalu tersebut.

Terlihat pula beberapa warga yang datang untuk mencoblos tersenyum melihat dekorasi TPS dan para petugas KPPSnya. Ada yang mengatakan “Wah, seperti suasana kampung ya, apalagi dengan iringan musik gamelan seperti ini. Jadi ingat suasana pedesaan”, ucap salah satu calon pemilih. Mendengar itu, para petugas pun membalas dengan senyum ramah.

“Ide memakai pakaian adat ini tercetus atas usul warga RT 11 juga RT 12, karena kita ini gabung. Ini juga untuk membuat pelaksanaan Pilkada tahun ini meriah dan berkesan,” kata Ketua TPS Bambang diwakili Ketua RT 12 Ardi usai rapat penghitungan suara.

Dari 510 data pemilih yang ada pada panitia, sebanyak 268 orang yang hadir untuk memenuhi undangan. Dan berdasarkan perolehan suara, berdasarkan nomor urut adalah AFI sebanyak 59 suara, Nusa Hebat sebanyak 97 suara, Ampera sebanyak 61 suara dan Julu sebanyak 41 suara. Sementara itu, terdapat 10 kertas suara yang dinyatakan rusak. (*)

Minggu, Mei 25, 2008

Ternak Burung Yang Dilindungi, Burung Lomba Wajib Pakai Gelang

By: Imay Sembiring

Sangkin hobi berat dengan hewan ungas jenis burung, HM Sidik, Kepala Sekolah SD PD I Balikpapan pun membuka ternak khusus burung cucak rowo kalimantan di samping kediamannya di kawasan Muara rapak. Agrobis dibidang burung ini sudah ditekuninya sejak 1,5 tahun lamanya. Dan karena usaha ini terlihat cukup menjanjikan, dia pun berencana untuk menambah satu koleksi lagi untuk diternakkan. Dan saat ini ia telah memiliki tiga ekor murai medan dan dua diantaranya adalah sepasang.

“Selain cucak rowo, jika usaha ini berjalan mulus, kedepannya saya akan ternak murai medan,” ujar Sidik.

Dikatakan, cucak rowo dan murai medan, keduanya tergolong hewan yang dilindungi karena keberadaannya kini hampir punah.

“cucak rowo kalimantan dan Murai medan adalah burung langka. Ikut melestarikan kedua burung tersebut, maka saya memilih bisnis ini,” paparnya.

Dikatakan, saat ini sepasang murai medan usia 4 minggu dihargai Rp 1 juta. Jika di beli terpisah, harga murai jantan dan betina masing-masing adalah Rp 750 ribu dan Rp 500 ribu.

Berdasarkan kebijakan Ikatan Burung Indonesia (IBI), kini burung siap lomba wajib mengenakan gelang. Bagi burung yang tidak memakai gelang, tidak diperkenankan mengikuti kontes kicau burung. Menurut penuturan Sidik, gelang itu sebagai tanda bahwa burung yang dilombakan adalah hasil ternak, buka dari hutan.

“Kalau tidak pakai gelang, dianggap burung itu diambil dari hutan. Demi menjaga populasi burung di hutan, maka dibuatlah kebijakan ini. Tetapi sayangnya banyak yang belum mengetahui hal ini,” ungkap Sidik sambil memperlihatkan gelang yang dimaksud pada salah satu murai medan miliknya.

Bagi Sidik, untuk mempermudah ia dalam membedakan burung betina dan jantan, adalah melalui nomor dan posisi gelang burung tersebut.

“Kalau betina angkanya genap dan saya pakaikan di kaki kiri. Kalau jantan sebaliknya, angka ganjil dan saya pasangkan di kaki kanan burung itu. Layaknya perempuan berasal dari tulang rusuk laki-laki sebelah kiri,” pungkasnya tersenyum. (*)

Sabtu, Mei 24, 2008

asah pena

Penyakit dan Usia Bukan Alasan
Arif dan Asmawati, murid Asah Pena

Imay Sembiring

BALIKPAPAN — Dalam dunia pendidikan, motivasi untuk belajar merupakan salah satu hal yang penting. Tanpa motivasi, seseorang tentu tidak akan mendapatkan proses belajar yang baik. Motivasi merupakan langkah awal terjadinya pembelajaran yang baik.

Motivasi mengikuti proses pembelajaran demi meraih harapan dan cita-cita juga dirasakan oleh sejumlah anak usia sekolah yang berlatar belakang keluarga sederhana, bahkan kurang mampu. Keinginan besar mereka untuk memajukan taraf hidup ke arah lebih baik, mengalahkan rasa malu yang sesungguhnya melekat dalam diri mereka akibat faktor ekonomi ataupun usia. Satu yang mereka yakini, adalah tidak ada kata terlambat untuk belajar.

Mereka adalah M Arif dan Asmawati, masing-masing berusia 16 tahun dan 19 tahun. Keduanya adalah murid kelas 3 SMP Asah Pena Mawar 9 Balikpapan dan menetap di Kampung Ajiraden RT 6 Kelurahan Lamaru.

Arif-sapaan akrab M Arif,ia sempat merasakan bangku sekolah di sekolah formal. Sayangnya, akibat penyakit yang ia derita, si bungsu ini terpaksa putus sekolah dan menghabiskan waktu di rumah hanya sekedar membantu ibu di dapur. Saat resmi putus sekolah, sebenarnya Arif ingin bantu bapak ikut mencari ikan di laut, tetapi karena fisik, si bapak yang bekerja sebagai nelayan ini pun tidak mengijinkan.

“Dulu saya sempat merasakan duduk di bangku sekolah SMP. Saat pelajaran olahraga, penyakit jantung saya sering kambuh dan terkadang pingsan. Karena kasihan, bapak nyuruh saya istirahat di rumah, sekalian bantu ibu juga. Saya terpaksa putus sekolah,” pelan Arif menjelaskan saat ditemui media ini di kediamannya belum lama ini.

Sama halnya dengan Asmawati. Di lokasi yang sama, Remaja yang kini tinggal bersama si tante ini juga mengalami putus sekolah saat di bangku SMP akibat sakit anemia yang dideritanya. Dalam kesehariannya sebelum masuk Asah Pena, Asmawati membantu om dan tantenya yang bekerja sebagai penjemur ikan.

Suprapto, Koordinator Asah Pena wilayah Balikpapan Timur mengatakan M Arif dan Asmawati, keduanya adalah murid Asah Pena yang selalu terlihat serius dan tekun dalam belajar. “Saya lihat, semangat Arif dan Asmawati dalam belajar bukan main-main. Saya yakin jika mereka terus giat belajar ditambah lagi motivasi dari kerabat mereka, saya yakin mereka bisa menjadi orang yang berhasil. Sekolah di Asah Pena ini atas kemauan mereka sendiri, tanpa paksaan dari siapapun,” pungkas Wakil Kepala Sekolah SMPN 8 ini.